Bukan perjalanan jika hanya jalan mulus, kata Anggi, ada saja hal-hal yang membuat mentalnya terbentuk.
“Pernah juga ikut pameran empat hari laku dua botol, tidak dapat kepanjangan hasil pameran tersebut nah ada rasa down. Tapi berpikir ya ya masih banyak cobaan yang belum dicoba lagi,” ujarnya diiringi gelak tawa.
Baca juga: Nikmatnya Sensasi Sambel Blondo Dipadu Ayam Goreng di Ponorogo, Jawab Kerinduan Soal Makanan Jadul
Tantangan lain datang saat pengemasan dan pengiriman produk. Diceritakan Anggi, dalam perjalanannya ia sempat merugi lantaran mengemas produk yang kurang aman ketika hendak mengikuti pameran di Jakarta.
Ibu satu anak ini pun harus memutar otak dan tetap belajar dari kesalahan. Hingga akhirnya konsisten dalam membangun bisnis Sambal Roenyah.
Kini, sambal yang diproduksi di Sidoarjo itu sudah masuk pasar retail dan market place. Dengan sistem titip jual, produk Sambal Roenyah masuk di swalayan-swalayan yang ada di Surabaya, Sidoarjo dan Malang.
“Ada titip jual di gerai UMKM Pelindo di pelabuhan penumpang Tanjung Perak, Tanjung Priok, Lombok dan Nusa Tenggara Barat,” ucapnya.
Usahanya berbuah manis. Selain dari pasar yang semakin berkembang, juga terkait ketahanan produk.
Semula produk yang dibuatnya bertahan enam bulan, lalu meningkat delapan bulan dan kini hingga satu tahun di suhu ruang selama kemasan belum terbuka.
Ketika sudah dibuka, Sambal Roenyah bertahan tujuh hari di suhu ruang dan satu bulan di lemari pendingin.
Harga sambal roenyah dijual mulai Rp25 ribu sampai Rp35 ribu dan tersedia melalui E-commerce.
“Transaksi tidak selalu dari pameran saja tapi saya yakin rejeki datangnya banyak arah, di usaha kita dan di hari kita yang mana akan datang rejekinya,” ungkapnya.