Tindakan Vishwas menguras bendungan dihentikan seorang pejabat lain dari Departemen Sumber Daya Air yang datang setelah ada keluhan.
Priyanka Shukla, seorang pejabat tinggi setempat, mengatakan Vishwas tidak memiliki wewenang untuk mengalirkan air.
Ia diminta menjelaskan posisinya dalam kejadian ini secara tertulis kepada pemerintah.
Setelah itu, ia akan menjalani tindakan disipliner.
"Dia telah ditangguhkan sampai penyelidikan. Air adalah sumber daya yang penting dan tidak dapat disia-siakan seperti ini," ujar Shukla.
Namun, Vishwas berdalih telah mendapatkan izin lisan dari Ram Lal Dhivar, seorang pejabat dari Departemen Sumber Daya Air untuk menguras air bendungan terdekat.
“Dia (Dhivar) mengatakan itu bukan masalah jika air sedalam tiga (hingga) empat kaki dikeringkan, dan sebenarnya akan menguntungkan petani yang akan memiliki lebih banyak air,” katanya kepada The Guardian.
Selain itu, menurutnya, air yang dikuras berasal dari bagian bendungan yang meluap dan tidak dalam kondisi yang dapat digunakan.
Namun kenyataannya, air dari bendungan itu masih diandalkan untuk mengairi ladang masyarakat.
Pemerintah akhirnya menskors Vishwas sambil penyelidikan terus berlangsung.
Ia disebut menyalahgunakan posisinya.
Sementara DC Dhivar harus membayar biaya pemborosan air di musim panas dan akan mendapatkan tindakan disipliner dari departemennya.
India memang dikenal sebagai salah satu negara yang paling kekurangan air di dunia.
Dihuni oleh 18 persen penduduk dunia, hanya 4 persen yang mendapatkan sumber daya air bersih.
Terlebih lagi, negara ini kerap mengalami gelombang panas dan kekeringan besar.
Bulan Maret kemarin, India memiliki suhu terpanas sejak 122 tahun terakhir.
Ini membuat bendungan menjadi sumber air yang sangat penting, terutama bagi ladang milik masyarakat.
Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews Tribunjatim.com
Artikel ini telah tayang di TribunJateng.com