Berita Viral

25 Tahun Arbami Lumpuh dan Tinggal di Gubuk Tua, Adik Pasrah karena Miskin: Ditinggal Mati Suaminya

Penulis: Ani Susanti
Editor: Mujib Anwar
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

BUTUH BANTUAN PEMERINTAH - Perwakilan Laziznu PC NU Sumenep, Jawa Timur mengunjungi dan melakukan terapi pada Ibu Arbami di gubuk kecil tempatnya tinggal. Diketahui, Arbumi sudah 25 tahun lumpuh dan juga sulit bicara. Adik sebut sang kakak ditinggal mati suaminya.

TRIBUNJATIM.COM - Inilah kisah wanita bernama Arbami, yang 25 tahun lumpuh dan tinggal di gubuk.

Meski demikian, Arbumi tak pernah mendapat bantuan pemerintah.

Ia pun tinggal di gubuk kecil, setelah diajak tinggal bersama adiknya yang miskin.

Saat ditemui, wajah Arbumi tampak murung dan tatapannya kosong.

Rambut lurusnya terurai hingga sebagiannya menutupi telinga kiri Arbami. 

Pipi kirinya selalu menempel ke alas bambu di sebuah gubuk kecil yang telah lama dia tinggali.

Tidak ada yang tahu sakit apa yang Arbami rasakan dan apa trauma yang tidak bisa dia hilangkan.

Sebab, selama bertahun-tahun, dia sulit diajak bicara.

Selama bertahun-tahun, perempuan asal Desa Beringin, Kecamatan Dasuk, Kabupaten Sumenep, Jawa Timur itu hanya bisa pasrah dan tak bisa melakukan apa-apa.

Setiap hari, saat hujan deras atau terik matahari menyengat, Arbami menghadapi itu dengan cara yang sama, yakni diam di atas alas bambu.

Sebab, lumpuh yang ia derita belum ada penawarnya.

"Dia ditinggal mati oleh suaminya, dulu berkeluarga ke Kecamatan Rubaru, dia tidak bisa berjalan, akhirnya saya bawa pulang ke sini," kata Mastuya, adik Arbami di Sumenep, Rabu (23/4/2025), melansir dari Kompas.com.

Baca juga: Dedi Mulyadi Kaget Temui 15 Orang Tinggali 1 Gubuk Reyot, Tanah Milik Negara, KDM: Hidup Begini Amat

Bisa dikata Arbami hidup sebatang kara.

Dia hanya mengandalkan hidup pada belas kasih adik satu-satunya, Mastuya (49), yang kondisi ekonominya tergolong sangat miskin.

Mastuya tidak bisa berbuat banyak untuk menyembuhkan kakaknya yang lumpuh itu.

Sebab, suaminya hanya pekerja serabutan dan pendengarannya terganggu.

Dia juga harus menghidupi keempat anaknya, yang salah satunya masih duduk di bangku Sekolah Dasar (SD).

Tidak mungkin bagi Mastuya untuk menyisihkan uang demi kesembuhan kakak satu-satunya yang tidak dikaruniai anak satu pun itu.

"Dia berak, kencing ya sering di situ (gubuk). Mau bagaimana lagi, kakak saya memang sudah tidak bisa berjalan," ucap dia.

Baca juga: TKW Hilang 19 Tahun, Ribut Uripah Ditemukan Tinggal di Gubuk Hutan Malaysia, Dulu Diajak Orang

Mastuya menyampaikan, dia dan kakaknya yang lumpuh selalu luput dari perhatian pemerintah.

Meski ekonominya tergolong sangat miskin, dia tidak pernah tersentuh oleh bantuan apa pun.

"Seingat saya, bantuan untuk kakak saya hanya saat korona (Covid-19). Saya dan kakak mendapat uang Rp 300.000. Sebelumnya dan setelah itu, setelah korona, tidak pernah dapat bantuan apa pun," ujar Mastuya.

Bertahun-tahun, Arbami hanya mendiami gubuk kecil yang mudah sekali diterjang terik matahari dan dingin hujan yang deras.

Arbami tidak mendapat bantuan, BLT, RTLH, atau BSPS.

Dari hasil penelusuran Lembaga Amil Zakat, Infaq, dan Shadaqah Nahdlatul Ulama (Laziznu) Pengurus Cabang NU Sumenep, Arbami memang tidak pernah mendapat bantuan apa pun dari pemerintah.

"Memang mereka, Arbami dan Mastuya, tidak pernah mendapatkan bantuan dari pemerintah," ucap A Quraisyi, perwakilan Laziznu PC NU Sumenep kepada Kompas.com, Rabu (23/4/2025).

Melihat kondisi Arbami, menurut Quraisyi, seharusnya pemerintah bisa hadir secara langsung untuk memenuhi kebutuhan sandang, pangan, dan kesehatannya.

Penyakit yang sedang diderita oleh Arbami membutuhkan penanganan medis yang selama ini tidak bisa dijangkau oleh Arbami.

"Kami sempat melakukan pengobatan ala tibbun nabawi kepada ibu Arbami, Alhamdulillah tubuhnya bisa merespons. Akan tetapi, butuh pendampingan dan latihan fisik secara rutin," ucap dia.

"Beliau, Bu Arbami, mengalami gangguan fisik dan psikis, kata adiknya sudah sekitar 25 tahun," kata dia.

Selain memberikan terapi, Laziznu PC NU Sumenep juga menyerahkan bantuan berupa sembako, 4 ekor ayam, dan uang tunai.

"Kami bersepakat dengan warga setempat untuk membantu mengomunikasikan dengan Pemdes, Dinsos, dan pendamping PKH," ujar dia.

Baca juga: Dicerai Suami, Nelangsa Nasib Hasrianti Tinggal di Gubuk Lapuk Tanpa Listrik, Anak Tak Sekolah

Sebelumnya, Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi kaget saat temui 15 orang tinggali satu gubuk reyot di Babelan, Kota Bekasi.

Padahal gubuk itu sudah tak layak huni dan merupakan tanah negara.

Satu keluarga berisi 15 orang itu terdiri dari 5 kakak beradik beserta anak-anaknya.

Beberapa putus sekolah karena alasan ekonomi.

Ada salah satu anak berusia 19 tahun hanya mampu lulus SD.

Selain itu ada juga anak diperkirakan 8 tahunan tidak sekolah.

Adapun salah satu anak telah lulus SMK, namun masih mencari-cari pekerjaan.

Semua anggota keluarga dalam satu gubuk di Babelan tersebut hidup secara gotong royong.

Baca juga: Kisah Mbah Yem, Nenek di Pare Kediri Menolak Mengemis dan Belas Kasih, Meski Tinggal di Gubuk Reot

Dari 5 kakak beradik tersebut, hanya adik-adik perempuan yang sudah menikah.

Sementara 2 kakak pria tidak menikah, dan hanya 1 pria yang menikah.

Kelima kakak beradik itu bahu membahu bekerja demi bertahan hidup.

Mendapati kisah pilu tersebut, Dedi Mulyadi kaget.

Kisah pilu satu keluarga terdiri dari 15 orang tinggal di gubuk ini terungkap saat Dedi Mulyadi berkunjung pasca tragedi bekasi Banjir.

Kegiatan Gubernur Jawa Barat saat berkunjung itu ditayangkan dalam kanal Youtube-nya, dikutip dari TribunJabar, Senin (17/3/2025).

Diketahui satu di antara wilayah yang terdampak banjir dan dikunjungi Dedi Mulyadi adalah Kecamatan Babelan, Kota Bekasi.

Di tengah melakukan penanganan pasca banjir itu, Kang Dedi Mulyadi atau KDM mendapat informasi adanya satu keluarga yang bernasib pilu.

Satu keluarga terdiri dari 15 orang itu tinggal di satu gubuk dan sempat terdampak banjir.

Dedi Mulyadi juga tampak miris dengan kondisi gubuk yang ditempati satu keluarga 15 orang tersebut.

“Ya Allah ya Rabbi, hidup begini amat, ini Bekasi bro. Ampun kayak begini,” ungkap Dedi Mulyadi prihatin.

Kemudian salah anak bertanya apakah rumahnya tersebut bisa direnovasi.

Dedi Mulyadi pun mengungkap pihaknya sedang berupaya memberikan solusi.

Gubernur Jabar itu mengatakan sudah berencana membangunkan rumah panggung untuk warga.

Kemudian, Dedi Mulyadi juga menyoroti satu keluarga itu tinggal di gubuk di atas tanah negara.

Dedi Mulyadi pun menyinggung pihaknya juga sedang berupaya mendata status tanah negara yang bisa ditinggali warga.

“Ya nanti kita lihat ya, status tanah negara tanah apa,”

“Kalau status tanah negaranya status apa, nanti kita mau bangunin rumah panggung,” ujar Dedi Mulyadi.

Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunJatim.com

Berita Terkini