Bersamaan dengan dirinya tiba di dekat lokasi, ternyata ada seorang petugas Satpol PP yang juga sudah berada di lokasi untuk meminta bala bantuan melalui saluran komunikasi layanan kedaruratan Pemkot Surabaya.
"Setelah itu kami kebingungan. Setelah menggotong ibu ke pinggir. Ini gimana, ada ambulans lewat, tapi sudah terlalu ngebut. Telepon telepon Satpol PP ini, tenang; siap kami telepon TGC, Tim Gerak Cepat. 15 menit datang di situ, TGC ini, hebat Surabaya ini, Cak Eri (Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi), keren," terangnya.
Arya Bima mengapresiasi sistem tanggap kedaruratan super cepat yang dimiliki Pemkot Surabaya, karena memiliki pengalaman mendapati kejadian kedaruratan yang sama di lokasi lain.
Namun penanganan medisnya di kabupaten dan kota tempat insiden itu terjadi, tidak secepat Pemkot Surabaya yang dilihatnya langsung pagi tadi.
"Saya pernah lari pagi, di provinsi lain, saya enggak perlu sebut provinsi dan kotanya. Di pantai Itu, ada orang tersetrum, jatuh, kolaps. Itu kami semua kebingungan, telepon siapa, mungkin 15 menit waktu terbuang. Gak sampai 15 menit ibu ini (kejadian di Surabaya), tertolong," katanya.
Arya Bima mengatakan, Mendagri Tito Karnavian menginginkan adanya pemkot atau pemkab di Indonesia yang dapat menjadi percontohan pelayanan kedaruratan satu atap yang responsif, kompak dan cepat.
Namun, pelayanan kedaruratan milik Pemkot Surabaya yang dilihatnya tadi pagi, sudah seperti cukup menggambarkan keinginan dari Mendagri untuk dapat terus ditingkatkan.
"Izinkan saya sampaikan pesan Mendagri, yang ingin sekali untuk membangun percontohan tim emergency, kantor emergency, satu atap. Ada damkar, ada ambulans, ada polisi. Jadi ditelepon, langsung datang semua," jelasnya.
"Kami akan mulai di Makassar untuk kabupaten di Bandung. Tapi Surabaya sudah gerak cepat. Tepuk tangan buat Surabaya. Semoga terus menginspirasi," pungkasnya.