Ningsih menjadi Lady Ojol yang beraktivitas di Kota Malang sejak 2017.
Pada suatu malam, ia pernah mengalami perilaku pelecehan dari salah satu customernya seorang laki-laki.
Dia mengaku tak begitu ingat usia laki-laki tersebut. Namun, kejadiannya begitu membekas di pikirannya.
“Ya penumpangnya maju-maju gitu, maaf ya bukan porno tapi pengalaman,” ucap dia.
Sejak saat itu, dia tidak pernah lagi mengambil orderan di atas jam 19.00 WIB.
“Saya kalau udah jam 19.00 WIB malam langsung disuruh pulang sama anak saya,” beber Ningsih.
Baca juga: Disuruh Tanda Tangan Surat, Siswa Malah Tak Dapat Dana PIP Rp750 Ribu, Orangtua Ngadu ke Kejaksaan
Beruntungnya, kini aplikator ojol yang tempat dia mengais rezeki memiliki layanan prioritas perempuan.
Sehingga, driver perempuan diutamakan mendapat order dari customer perempuan.
“Sekarang ada prioritas perempuan, terutama layanan Bike. Mungkin karena di sosial media ramai soal pelecehan. Sebenarnya juga pelaku gitu oknum,” terangnya.
Hal senada juga dilontarkan oleh Retno (40), Lady Ojol asal Malang. Suatu ketika, dia mendapat penumpang seorang laki-laki setengah baya.
Retno memiliki kesadaran tindakan pelecehan yang membuatnya lebih berani bersikap.
Dia tidak segan menurunkan penumpang tersebut di tengah jalan dan tidak memperdulikan tarif yang seharusnya dibayar cash.
“Aku dulu pernah, orangnya pegang-pegang paha, tidak sopan dan malah sengaja maju langsung tak turunkan di jalan. Saya nggak peduli itu bayarnya cash atau rating,” tegasnya.
“Kalau bapak-bapak tua itu pernah minta izin untuk pegang pundak buat naik. Kalau gitu tidak apa-apa,” imbuhnya.
Ningsih dan Retno memilih tidak melaporkan tindakan pelecehan tersebut kepada pihak berwajib.