Dari hadis ini, para ulama menyimpulkan bahwa memberi daging kurban sebagai bayaran (upah kerja) tidak diperbolehkan.
Namun, jika diberi sebagai sedekah atau bagian pembagian umum, maka diperbolehkan.
2. Pendapat Majelis Ulama Indonesia (MUI)
Majelis Ulama Indonesia (MUI) menyatakan bahwa panitia boleh menerima daging kurban, baik dalam bentuk jatah sebagai bagian dari pembagian umum (karena termasuk mustahik), atau sebagai penghargaan atas jerih payah, selama tidak dijadikan upah tetap.
Pembagian Daging Kurban yang Benar dalam Islam
Mengutip dari laman resmi Baznas, pembagian daging kurban dalam Islam dibagi menjadi 3 bagian:
1. Sepertiga untuk Shahibul Kurban dan Keluarganya
Shahibul kurban (orang yang berkurban) boleh mengambil sebagian daging kurban untuk dikonsumsi oleh dirinya dan keluarganya.
Ini merupakan bentuk syukur kepada Allah SWT atas rezeki dan kemampuan yang diberikan. Dengan berbagi bersama keluarga, kurban menjadi momen kebahagiaan yang menyatukan.
2. Sepertiga untuk Fakir Miskin
Bagian ini diperuntukkan untuk disedekahkan kepada fakir miskin di sekitar kita.
Kurban adalah bentuk ibadah sosial, dan salah satu tujuannya adalah membantu meringankan beban mereka yang kurang beruntung.
Inilah inti dari semangat berbagi yang diajarkan Islam.
3. Sepertiga untuk Tetangga dan Kerabat
Sebagian daging juga disalurkan kepada tetangga dan kerabat, tak hanya untuk membantu, tapi juga sebagai bentuk mempererat tali silaturahmi.
Pembagian ini menciptakan suasana harmonis dan memperkuat hubungan sosial di lingkungan sekitar.
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com