Hingga kemudian, sang pria menawarkan Gito untuk naik ojek saja.
Ia bermaksud menolong Gito dengan memesankan ojek untuknya.
Gito pun mau menerima tawaran tersebut setelah dipaksa.
Ia kemudian bercerita, bahwa dirinya akan pulang ke Nganjuk dan telah berjalan kaki dari Pasuruan sejak subuh sebelumnya.
Hal ini dia lakukan karena tak memiliki uang untuk ongkos ke rumah.
Sudah sebulan ia bekerja sebagai kuli, gajinya tak kunjung dibayar oleh sang mandor.
"Mandornya bermasalah pak, waktunya bayaran ditinggal," kata Gito.
Hatinya pun remuk dan merasa tertipu.
Gito tak tahu apa yang harus ia lakukan untuk tiga anaknya di rumah tanpa uang sepeser pun.
Kata Gito, ini pengalamannya yang pertama kali bekerja jauh dari tempat tinggalnya.
Bekerja di kota, rupanya tak seperti yang ia harapkan, pengalaman pahit dirasakan, bahkan tak tahu harus bagaimana cara pulang ke rumah.
"Pulang enggak bawa uang sama sekali?" tanya sang pria.
"Enggak ada," jawab Gito.
Meski demikian, Gito mengaku tak marah dengan mandornya tersebut.
Di tengah keterbatasan, Gito mencoba ikhlas menjalani nasib yang dialami.