Lahan Pertanian di Plumpang Tuban Terendam Banjir Sejak Tahun 2024, Petani Terancam Gagal Tanam

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

TAK KUNJUNG SURUT - Seorang petani di Kecamatan Plumpang, Kabupaten Tuban, menunjukkan lahan pertanian yang masih terendam banjir sejak Desember 2024.
TAK KUNJUNG SURUT - Seorang petani di Kecamatan Plumpang, Kabupaten Tuban, menunjukkan lahan pertanian yang masih terendam banjir sejak Desember 2024.

Laporan Wartawan Tribun Jatim Network, Muhammad Nurkholis

TRIBUNJATIM.COM, TUBAN - Lahan pertanian terendam air sejak 2024, petani di Kecamatan Plumpang, Kabupaten Tuban terancam tak bisa tanam padi, Sabtu (14/6/2025).

Memasuki bulan Juni, biasanya petani di Kecamatan Plumpang sudah mulai menyiapkan lahan pertanian untuk di garap.

Sayangnya, dari bulan Desember 2024, hingga saat ini. Air yang merendam lahan pertanian warga, masih belum menunjukkan adanya penurunan debit air.

Ilham (26), seorang petani dari Desa Cangkring, Kecamatan Plumpang, mengatakan bahwa banjir yang merendam area persawahan sejak akhir tahun lalu telah menyebabkan para petani mengalami kerugian akibat gagal panen.

“Air mulai merendam sejak Desember 2024. Dan menyebabkan beberapa petani mengalami gagal panen,” ujarnya.

Baca juga: Satpol PP Tuban Tertibkan 6 Reklame, Termasuk Milik Pemkab

Air tersebut, ternyata tak kunjung surut, dan terus merendam area persawahan warga hingga memasuki bulan Juni 2025. Hal ini mengakibatkan para petani di sana terancam tidak bisa melakukan aktivitas pertanian.

Seharusnya pada bulan Juni, petani setempat sudah mulai menyiapkan benih untuk ditanam. Namun karena air tak kunjung surut, mereka terancam tidak bisa menanam padi.

“Ini jika satu bulan tidak ada penyelesaian, orang Plumpang tak bisa tanam padi,” imbuhnya.

Baca juga: Tunda Tanam Tembakau, Petani Sampang Pilih Produksi Widik: Kalau Gagal Tanam Bisa Dijual

Lebih lanjut Ilham juga menyoroti dampak ekonomi dari situasi ini. Menurutnya, mayoritas warga Desa Cangkring menggantungkan hidup dari bertani. Jika tak bisa tanam, mereka bisa kehilangan mata pencaharian.

“Semua warga mayoritas bertani, jika tidak bisa tanam, mata pencahariannya apa?,” bebernya.

Padahal musim tanam di bulan Juni ini adalah musim tanam yang sangat dinantikan para petani setempat, sebab hasil panen musim kemarau, hasilnya cukup bisa diandalkan petani.

Baca juga: Citimall Tuban Belum Kantongi Izin Operasional, Pemkab: Bisa Ditutup Jika Abaikan Aturan

Dengan adanya hal ini ia berharap adanya peran pemerintah untuk mengatasi banjir yang tak kunjung surut di area persawahan warga.

“Hasil tanam bulan Juni ini, yang kita andalkan biasanya, untuk itu kita berharap peran pemerintah untuk mengatasi permasalahan ini,” pungkasnya.

Senada dengan Ilham, Suyitno (49), petani asal Desa Kedungrojo, Kecamatan Plumpang, juga mengeluhkan dampak banjir yang berkepanjangan ini. 

Baca juga: Pria di Tuban Diamankan Polisi, Diduga Lecehkan Karyawan Kafe, Rekaman CCTV Jadi Bukti

Halaman
12

Berita Terkini