Laporan Wartawan TribunJatim.com, Fikri Firmansyah
TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA – Perang antara Iran dan Israel tengah memanas, lantaran keduanya terus melancarkan serangan satu sama lain.
Terbaru, Iran dan Israel saling serang pada Selasa (17/6/2025), hari kelima konfrontasi paling intens dalam sejarah keduanya.
Perang ini memberikan dampak terhadap ekonomi, baik internasional maupun domestik.
Menanggapi hal ini, guru besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, Prof Rossanto Dwi Handoyo SE M Si PhD memaparkan pendapatnya.
Dampak pada Perekonomian Internasional
Prof Rossanto Dwi Handoyo mengungkapkan, perang Iran-Israel akan mengganggu supply dan demand minyak dunia.
Pasalnya, Iran merupakan salah satu negara pengekspor minyak terbesar di dunia.
Perang ini berpotensi meningkatkan harga minyak, sehingga secara otomatis biaya produksi juga akan meningkat.
Mengingat masih banyaknya negara yang mengandalkan minyak karena belum beralih ke sumber energi terbarukan.
Meningkatnya biaya produksi juga tentu berpengaruh terhadap naiknya harga barang.
Baca juga: 5 Dampak Perang Iran Israel, Harga Minyak Dunia hingga Gejolak Pasar Keuangan Mulai Jadi Perhatian
“Di titik ini, harga yang naik akan meningkatkan inflasi internasional kalau berlangsung cukup lama. Kalau konflik ini bertahan lama seperti Rusia-Ukraina, maka akan cukup berat bagi dunia, dapat terjadi ketidakstabilan harga. Akhirnya, dunia akan mengalami stagflation, stagnation plus inflation, artinya pertumbuhan ekonomi dunia menurun dan inflasi dunia meningkat,” jelas Rossanto, Jumat (20/6/2025).
Pakar Unair itu menyoroti letak Iran dan Israel yang merupakan jalur pelayaran ekspor dunia.
Konflik di wilayah tersebut, memaksa negara-negara mencari jalur perdagangan lain yang kemungkinan menempuh jarak lebih jauh.
Dengan jarak yang lebih jauh, kebutuhan logistik akan semakin mahal sehingga harga jual juga secara otomatis akan meningkat. Hal ini dapat mengganggu rantai pasok dunia.