Iran pernah ancam—tapi belum pernah tutup
Iran memang berkali-kali mengancam akan menutup Selat Hormuz, tetapi hingga kini belum pernah benar-benar dilakukan. Keputusan akhir berada di tangan Dewan Keamanan Nasional Tertinggi Iran dan Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei.
Saat perang Iran–Irak pada akhir 1980-an, situasi sempat memanas dan pengiriman di selat terganggu. Namun lalu lintas minyak tidak sampai benar-benar berhenti. Amerika bahkan sempat mengerahkan kapal perangnya untuk mengawal tanker minyak Kuwait.
Bisakah ada alternatif?
Beberapa negara Teluk sudah menyiapkan rute darat untuk menghindari ketergantungan pada Hormuz.
Arab Saudi mengaktifkan kembali pipa Timur–Barat dengan kapasitas hingga 5 juta barel per hari.
UEA punya jaringan pipa dari ladang pedalaman ke Pelabuhan Fujairah. Iran juga membangun jaringan pipa Goreh–Jask yang bisa mengangkut 350.000 barel per hari.
Namun menurut EIA, semua rute alternatif itu secara total hanya bisa menyalurkan 3,5 juta barel per hari—hanya 15 persen dari total yang biasanya melewati Hormuz.
Amerika Serikat memperingatkan, menutup Selat Hormuz bisa menjadi bumerang bagi Iran.
“Itu akan menjadi bunuh diri ekonomi,” kata Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio kepada Fox News.
Rubio bahkan meminta China, yang sangat tergantung pada pasokan energi dari selat itu, untuk mendesak Iran agar tidak memblokade jalur tersebut.
Analis energi Vandana Hari memperkirakan, langkah itu akan merugikan Iran secara ekonomi dan politik.
“Iran berisiko membuat marah negara tetangga dan pasar utama seperti China,” kata dia.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com
Berita Viral dan Berita Jatim lainnya
Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunJatim.com