Saryono Guru MI di Daerah Pelosok, Andalkan Gaji 3 Bulan Sekali Rp350 Ribu, Minta Diangkat PNS

Editor: Samsul Arifin
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

HONORER - Potret Saryono, seorang guru honorer di Sukabumi. Pria 55 tahun hanya dibayar Rp530 ribu per 3 bulan dan kini berharap diangkat jadi PNS. Setia phari ia ke sekolah naik motor bekas yang ia beli 3 tahun lalu untuk menempuh perjalanan sejauh 7 kilometer atau sekitar 30 menit untuk sampai ke sekolah. 

TRIBUNJATIM.COM, SUKABUMI - Sosok Saryono guru Madrasa Ibtidaiyah di daerah pelosok berharap dirinya bisa diangkat PPPK atau PNS secara otomatis. 

Bukan tanpa alasan, Saryono telah mengabdikan diri selama 33 tahun di sekolah yang berada di Madrasah Ibtidaiyah (MI) Tegal Panjang berada di Desa Sidamulya, Kecamatan Ciemas, Sukabumi, Jawa Barat. 

Dulu, tahun 1992 ia harus berjalan kaki untuk sampai ke sekolah. Kini ia ditemani kendaraan roda dua yang ia beli bekas pada 3 tahun lalu.

Kondisi pahit pun ia alami saat kondisi sekolah dulu masih beralas tanah. 

Demi pendidikan anak di pelosok terpenuhi, Saryono terus menekuni pekerjaannya meskipun ia pun dibebani berbagai kebutuhan untuk menghidupi anak istrinya.

Baca juga: Nasib Anggota Polisi Ditipu Guru Spiritual Abal-abal Rp 189 Juta, Tersangka Minta Uang Modus Ritual

Saryono menjelaskan, saat ini honornya Rp350 ribu per bulan. Itu pun ia terima setiap tiga bulan sekali saat dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) cair.

Untuk meningkatkan kesejahteraannya dalam hal finansial, Saryono sudah beberapa kali mencoba peruntungan mengikuti tes keguruan, namun selalu gagal.

"Saya juga udah beberapa kali melakukan ajuan-ajuan untuk menunjang kehidupan saya, ikut testing juga untuk masalah GBS (Guru Bantu Sekolah) itu tahun 2005, sertifikasi juga sudah, tapi diangkat PNS belum, masih belum ada kabar," ucap Saryono.

Baca juga: Respons Dugaan Pungli PPPK Guru, Pemkab Bojonegoro Panggil Oknum hingga Siapkan Sanksi

Selain menghidupi anak istrinya, dengan gaji Rp350 ribu Saryono juga harus menanggung kehidupan 2 kakak iparnya yang sudah tidak bisa beraktivitas normal karena usianya yang sudah renta.

Menyiasati itu, Saryono pun melakukan pekerjaan sampingan dengan bertani palawija yang dibantu oleh istrinya.

"Agar bisa menunjang seluruh anggota keluarga, saya bertani palawija, juga supaya istri ada kegiatan di rumah itu dagang kecil-kecilan. Kalau honorer dari sekolah sekarang itu cuma 350 setiap triwulan sekali, karena begitu keluar BOS itu baru ada honor," tutur Saryono.

Baca juga: Kaget Anaknya Tidak Naik Kelas, Orang Tua Siswa Curiga Ada Dendam Pribadi Sang Guru, Kepsek Bantah

Saryono pun sangat berharap pemerintah bisa membantunya dengan mengangkat diirnya menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) atau Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK).

"Harapan saya kepada pemerintah mohon dengan sangat untuk mengangkat saya baik melalui PPPK atau PNS secara otomatis, karena apa, dilihat dari pengabdian begitu lama, usia begitu lanjut juga, mau kapan lagi kalau-kalau saya nantinya tidak kebagian jatah sedangkan pengabdian udah begitu lama," ujar Saryono.

Baca juga: Orang Tua Siswa Kaget Tak Bisa Tarik Tabungan Rp 100 Juta, Ternyata Ditilap Guru untuk Bayar Pinjol

"Saya itu mulai mengajar itu dari tahun 1992, jadi sampai sekarang sudah 33 tahun, begitu susah payah. Saya dulu digajinya melalui SPP dari iuran masyarakat sebulan cuma 10 ribu, tidak ada generasi di sini karena tempatnya juga jauh dari kota, terpencil, terisolir," terangnya.

 

Artikel ini telah tayang di TribunJabar.id

Berita Terkini