“Anak pejabat saja gagal kuliah di luar, apalagi kamu,” katanya, menirukan komentar tetangga yang terus mengendap di kepalanya.
Nyinyiran yang Membekas dari Sang Guru
Luka paling dalam justru datang dari sosok yang seharusnya membimbing: gurunya sendiri.
“Gak bisa bayar uang sekolah, tapi mau kuliah di UI? Stop mimpi tinggi!,” ucap Margaret.
Mirisnya kalimat yang diucapkan berulang-ulang di depan teman-temannya.
Kondisi ekonomi keluarganya memang sulit.
Margaret sempat menunggak uang sekolah dan hal itu dijadikan alasan untuk mencabut semangatnya.
Kemiskinan, bagi sebagian orang di sekitarnya, adalah vonis atas impian.
Baca juga: Cara Daftar KIP Kuliah Kemenag 2025, Mahasiswa Bisa Dapat Rp 6,6 Juta, Berikut Syarat dan Kuotanya
Nyaris Menyerah
Trauma membuatnya enggan mendaftar Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi (SNBP).
Namun, dua hari sebelum penutupan SNBP, pukul 02.00 dini hari, Margaret memberanikan diri.
Diam-diam, tanpa sepengetahuan keluarga, ia mendaftar.
Dan hanya satu pilihan yang dia isi: Universitas Indonesia.
Tanpa cadangan, tanpa banyak harapan.
“Kalau ada yang tanya, saya cuma bilang ‘sudah daftar’. Tapi saya tak pernah sebut kampusnya,” katanya.