TRIBUNJATIM.COM - Proyek Strategis Nasional (PSN) menuai protes warga Kabupaten Brebes, Jawa Tengah.
Pasalnya, rumah empat warga rusak karena pemasangan pipa gas bumi melewati kawasan mereka.
Lantai rumah warga rusak dan lumpur menyembur di sana.
Diketahui melansir dari esdm.go.id, proyek pipa gas nasional merupakan bagian dari upaya memperkuat ketahanan energi nasional.
Proyek tersebut diresmikan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia pada Senin (30/9/2024).
Proyek Strategis Nasional itu berupa pemasangan pipa gas transmisi Cirebon-Semarang (Cisem) tahap 2 (Ruas Batang-Cirebon-Kandang Haur).
Di Desa Wangandalem, proyek pemasangan pipa membuat laumpur menyembur di halaman rumah warga, Selasa (29/7/2025).
Pekerja proyek kemudian memindahkan lumpur tersebut ke sejumlah pekarangan warga.
Di Desa Krasak, pemasangan pipa gas bumi mengakibatkan keramik lantai rumah warga retak bahkan pecah.
Uswaitun, warga Krasak yang rumahnya terdampak, mengaku resah.
Ia khawatir, retakan keramik dampak PSN pipa gas bumi itu dapat melukai kaki balitanya.
"Ini retak seperti ini, takut kena kaki karena saya punya anak kecil sih," ujarnya sembari menunjukan lantai rumahnya yang retak, Jumat (1/8/2025), seperti dilansir dari TribunBanyumas.
Menurut Uswaitun, akibat proyek tersebut, keramik teras rumah tetangganya juga mengalami keretakan.
Bahkan, sebulan lalu, ada juga semburan lumpur di dalam rumah warga.
"Sekitar sebulan lalu, juga pernah ada kejadian serupa tapi di dalam kamar rumah, terus halaman rumah, berarti ini yang ke tiga kalinya di Desa Krasak," teragnya.
Baca juga: Gerak Cepat Sukseskan Proyek Strategis Nasional, PLN Sinergi dengan Kantor Pertanahan Lamongan
Selain dampak kerusakan itu, warga juga meyebut, sebelum dilaksanakan proyek, tidak ada sosialisasi terlebih dahulu.
Bahkan, para pekerja juga beristirahat di halaman rumah warga tanpa izin.
"Alah ya ora poyan poyan acan (tidak ada izin sama sekali)," terangnya.
Uswaitun pun berharap ada kompensasi dari pihak pengelola proyek atas kerusakan yang terjadi.
Sementara itu, Kepala Desa Krasak, Darsono membenarkan ada warganya yang terdampak PSN pipa gas bumi itu.
Darsono mengatakan, dampak pertama yang muncul, menyemburnya lumpur dari lantai kamar rumah warganya.
"Awal mula itu keluar di kamar rumah Mas Muri, kalau yang semalem itu lumpur keluar dari samping sungai hingga membuat jalan tertutup dan mengakibatkan kemacetan."
"Lumpur itu bersumber dari pipa gas proyek PSN," jelasnya.
Baca juga: Masuk Proyek Strategis Nasional, Menteri ESDM Tinjau Progres Smelter Nikel Ceria
Menurut Darsono, sejak awal berlangsungnya proyek, sebulan lalu, tidak ada izin apapun kepada pemerintah desa.
"Ke pihak desa, terus terang aja tidak ada izin sama sekali. Saya baru mengetahui ada proyek itu malah setelah ada semburan lumpur di rumah Mas Muri itu," jelasnya.
Warga Geruduk Balai Desa
Sejumlah warga yang terdampak PSN pipa gas bumi itu kemudian menggeruduk Balai Desa Krasak, Jumat.
Pihak desa memfalitasi pertemuan antara warga dan pengelola proyek.
Tawar menawar ganti rugi sempat berjalan alot namun pihak pengelola proyek akhirnya berjanji akan mengganti rugi dengan meminta waktu satu pekan.
Seusai mediasi, pengelola proyek enggan memberi keterangan, bahkan memilih meninggalkan media.
Konfirmasi didapat dari KSO Timas Pratiwi (PT Timas Suplindo–PT Pratiwi Putri Sulung, pelaksana proyek.
M Faesal Amir, Humas KSO Timas Pratiwi mengatakan, dalam pertemuan itu, pihak pelaksana proyek berjanji memenuhi tuntutan kompensasi warga pada tanggal 9 Agustus mendatang.
"Sudah ada kesepakatan bersama, untuk ganti rugi rumah yang rusak, dalam bentuk kompensasi dari KSO Timas Pratiwi. Kita garap sepanjang jalan tol, dari Cirebon-Semarang," katanya.
Faesal mengeklaim, lumpur tersebut tidak menimbulkan dampak serius maupun dampak bahaya kepada warga.
Munculnya lumpur tersebut dipengaruhi kontur tanah yang berongga, yang dipastikan akan mengeluarkan lumpur.
Sedangkan jika kontur tanah bagus, tidak akan mengeluarkan lumpur.
"Semuanya sudah dikerjakan, dari Cirebon-Semarang. Kita target akan selesai sampai akhir tahun ini," katanya.
Berita Lain
Kontraktor Proyek besar perbaikan Jalur Gumitir Jember-Banyuwangi mulai melakukan pemasangan beton, di beberapa titik rawan longsor, Jumat (1/8/2025).
Pemasangan beton penahan tanah tersebut, akan dilakukan di 55 titik pada Kilometer 233+500 Jalur Gumitir Jember atau yang lebih dikenal tikungan Mbah Sengo.
Nampak, puluhan pekerja tengah bekerja memasang beton, sebagai dari mereka mengoperasikan alat berat seperti dua excavator dan dua mesin bored pile secara bersamaan.
Sementara lalu lintas di Jalur Gumitir tergolong sepi, hanya kendaraan pekerja proyek, pengantar makanan dan warga perkebunan yang berlalu lalang.
Abu Khoiri, Bagian teknis independen yg terlibat dalam proyek jalur Gumitir mengatakan kemiringan jalan di Tikungan Mbah Sengo sangat berbahaya, dan mencapai 13 persen.
"Sementara batas aman di wilayah pegunungan antara 8 sampai 10 persen. Apalagi kalau muatan overload, kendaraan muatan besar kalau diam saja bisa terguling," ujarnya sembari melihat gambar jalur yang butuh perbaikan di pos proyek.
Baca juga: Monumen Reog Ponorogo Jadi Proyek Strategis Nasional, Rekomendasi dari Menparekraf Sandiaga Uno
Menurutnya, puluhan beton tersebut akan ditanam di sis jalan raya dekat jurang, sepanjang 115 meter. Setelah pembetonan rampung, aspal diratakan dengan kemiringan maksimal 10 persen.
Sebatas informasi, Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional (BBPJN) Jawa Timur-Bali memantapkan langkah untuk menutup jalan nasional di Jalur Gumitir, tepatnya di Kilometer 233+500, mulai mulai 24 Juli 2025 -24 September 2025 selama pengerjaan pemasangan beton tersebut.
Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) 1.4 Jawa Timur, Satiya Wardana menerangkan, alat bored pile tersebut melebihi lebar jalan di Gumitir, sehingga tidak memungkinkan untuk dilewati kendaraan.
"Lebar jalan secara nasional 7 meter, sementara alat bored pile panjangnya 7,3 meter. Sehingga alat ini dipasang melentang," tanggapnya.
Senafas dengan hal tersebut, Kepala BBPJN Jawa Timur-Bali Gunadi Antariksa menyatakan, perbaikan Jalur Gumitir merupakan paket pekerjaan Preservasi Jalan dan Jembatan Tahun Anggaran 2025.
"Meliputi penanganan longsoran dengan perkuatan lereng bawah menggunakan konstruksi bored pile sebanyak 55 titik sepanjang 115 meter dan perbaikan geometri jalan untuk keselamatan pengguna jalan," terangnya.
Baca juga: Percepat Proyek Strategis Nasional, PT PLN UIP JBTB Sigap Audiensi dengan Pemprov Jatim saat Ramadan
Penutupan akses jalan raya tersebut dilakukan berdasarkan mitigasi risiko.
Kata dia, hal ini berbahaya apabila alat berat beroperasi sementara lalu lintas masih aktif.
"Potensi bahaya manuver alat berat bore pile akibat lebar jalan yang sempit, risiko benturan dengan pengguna jalan, hingga keterlambatan material akibat kemacetan," papar Gunadi.
Ia mengatakan, penutupan jalur tersebut telah sesuai dengan regulasi yang diatur dalam Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.
"Oleh karena itu pelaksanaan kegiatan preservasi di ruas Jalur Gumitir perlu mengedepankan aspek keamanan dan juga keselamatan para pengguna jalan," ulasnya.
Berdasarkan data yang diperoleh media ini, proyek perbaikan jalan di Jalur Gumitir tersebut menelan Rp 15,7 miliar dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2025 milik Kementerian Pekerjaan Umum. Kontraktor pelaksana proyek tersebut adalah PT. Rajendra Pratama Jaya.
Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunJatim.com