Penutupan Jalur Gumitir

Warung di Jalur Gumitir Jember Merugi, Dulu Raup Rp5 Juta Sehari Kini Terpaksa Rumahkan Pegawai

Penulis: Imam Nawawi
Editor: Ndaru Wijayanto
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

SEPI PEMBELI: Sulastri, Pemilik Warung Bebas Bu Slamet di Jalur Gumitir, Jember Jawa Timur, Minggu (3/8/2025) Pendapatannya menurun drastis akibat penutupan Jalur Gumitir Jember

Laporan Wartawan Tribun Jatim Network, Imam Nawawi

TRIBUNJATIM.COM,JEMBER - Pendapatan pengusaha rumah makan di kawasan Jalur Gumitir Jember, Jawa Timur menurun drastis, akibat penutupan jalan nasional tersebut sejak 24 Juli 2025.

Seperti di Warung Bebas Bu Slamet misalnya. Rumah Makan di jalur Gumitir dekat Pos Tanah Manis Desa Sidomulyo Kecamatan Silo Jember pendapatannya anjlok hingga 80 persen.

Sulastri, Pemilik Warung Bebas Bu Slamet mengatakan hal tersebut karena sepinya pembeli. Sebab kendaraan yang melintas di Jalur Gumitir sudah tidak ada akibat penutupan jalan.

"Sebelumnya pembelinya mengunakan mobil pribadi dan travel. Sekarang tidak ada (sejak Gumitir ditutup), yang beli cuma sepeda motor dan itu adalah warga sini saja," ujarnya, Senin (4/8/2025).

Menurutnya, dalam situasi jalur normal warungnya sehari bisa memasak beras sebanyak 50 kilogram. Namun sejak dilakukan penutupan, mentok cuma 10 kilogram.

Baca juga: Antrean BBM Mengular di Bondowoso, Imbas Kemacetan Pantura dan Penutupan Jalur Gumitir

MACET PARAH - Kemacetan di Jalur Situbondo-Banyuwangi, Jawa Timur, semakin parah, Kamis (24/7/2025). Kemacetan sudah berlangsung beberapa hari akibat pembatasan angkutan di Pelabuhan Ketapang Banyuwangi, dan diperparah dengan ditutupnya Jalur Gumitir yang menghubungkan Banyuwangi-Jember. (Tribun Jatim Network/Aflahul Abidin)

Baca juga: Jalur Ijen Meningkat Usai Gumitir Ditutup, Truk Tebu Terguling di Sukosari Bondowoso

"Jadi sangat turun banget produksi masak dan juga pembelinya. Dari pada tutup yang penting tetap jualan, karena rumah saya di sini juga," kata Sulastri.

Lebih lanjut, kata Sulastri dalam sehari biasanya bisa dapat untung Rp 5 juta, namun sejak dilakukan penutupan pendapatan warungnya sehari cuma Rp 500 ribu.

"Kalau sekarang dapatnya mungkin, Rp 500 ribu. Kalau sebelum nutup (jalur) bisa dapat kisaran Rp 5 jutaan sehari," kata Sulastri.

Mengingat pembelian di warungnya sejak penutupan jalur Gumitir. Rata-rata mereka hanya pesan kopi dan minuman, tidak ada yang pesan makanan berat.

Baca juga: Hindari Kemacetan Situbondo-Banyuwangi, Mobil Boks Muatan Roti Terguling di Jalur Alternatif

"Sementara yang beli makanan jarang, karena yang paling banyak beli makan itu tamu yang mau berangkat ke Bali. Tapi sejak ditutup jalur, mereka sudah tidak mampir kesini sudah," tuturnya.

Oleh karena itu, Sulastri mengaku harus mengurai produksi makanan yang dijual, agar bisnis rumah makan ini tetap bisa bertahan ditengah penutupan Jalur Gumitir.

"Seperti ikan biasanya ambil 10 kilogram, sekarang mungkin ambil 2 kilogram, dari pada tidak laku," ungkapnya.

Selain itu, Sulastri mengaku terpaksa merumahkan dua karyawannya sejak dilakukan penutupan Jalur Gumitir. Sebab tidak bisa memberikan upah terhadap mereka.

"Dulu ada dua pekerja, tetapi sekarang sudah diberhentikan agar istirahat dulu," ulasnya.

Sebatas informasi, penutupan Jalur Gumitir Jember tersebut karena ada perbaikan jalan di kilometer 233+500 atau tikungan Mbak Sengo.

Penutupan di sisi barat di lakukan di Pos Tanah Manis Desa Sidomulyo Kecamatan Silo Jember. Sementara dari sisi timur dilakukan di Pos Mrawan perbatasan Jember- Kalibaru Banyuwangi.

Berita Terkini