Mereka yang sehari-hari sibuk melayani pembeli kini bisa bercengkerama, saling menyemangati, dan merasakan arti kemerdekaan dalam keseharian mereka.
Tidak ada sekat antara pedagang bakso, penjual gorengan, maupun penyaji kopi, semua menyatu dalam semangat yang sama.
Di tengah kesederhanaan, upacara tetap berjalan penuh khidmat. Lagu kebangsaan Indonesia Raya dinyanyikan dengan penuh semangat.
Beberapa peserta bahkan terlihat meneteskan air mata, merasakan haru ketika bendera merah putih berkibar diiringi lantunan suara lirih yang berasal dari hati.
Bagi Spekal Jombang, kegiatan ini tidak sekadar seremoni tahunan. Upacara menjadi pengingat bahwa kemerdekaan bukan hanya milik kalangan pejabat atau aparat, tetapi juga milik rakyat kecil yang setiap hari berjuang mencari nafkah.
Dengan cara sederhana, mereka menunjukkan bahwa nasionalisme bisa tumbuh di mana saja, bahkan di trotoar jalan.
Setelah upacara berakhir, kawasan Jombang Kuliner kembali hidup dengan aktivitas berdagang. Namun, sisa rasa kebersamaan masih terasa di wajah para pedagang. Mereka seakan membawa pulang semangat baru untuk melanjutkan perjuangan di bidang masing-masing.
Dengan bahasa Jawa yang sarat makna, Spekal Jombang menorehkan cara unik merayakan kemerdekaan.
"Bagi kami, mengibarkan bendera bukan hanya ritual, melainkan juga wujud cinta tanah air yang berpadu dengan kebanggaan atas identitas budaya," pungkasnya.
Dari lapak sederhana mereka, merah putih tetap berkibar, menjadi saksi bahwa nasionalisme bisa tumbuh dari akar rakyat.