Mereka berusaha membuka akses jalan yang tertutup material longsor.
Sementara untuk material longsor dengan volume besar diselesaikan menggunakan alat berat.
Kemudian untuk kerusakan di SDN 02 Kradinan pihaknya akan menunggu kebijakan Dinas Pendidikan.
Setiono mengatakan, pihaknya akan fokus untuk menyingkirkan material longsor bersama BPBD, relawan dan warga.
Selebihnya untuk rencana perbaikan atau solusi jangka panjang, sepenuhnya diserahkan ke Dinas Pendidikan.
“Untuk proses perbaikan kami serahkan ke Dinas Pendidikan. Atau mungkin BPBD karena ini terkait bencana,” pungkasnya.
Bencana longsor yang menutup jalan utama Desa Kradinan ini sempat mengganggu angkutan susu sapi dari para peternak.
Kondisi ini sempat membuat khawatir, karena susu sapi menjadi penghasilan utama warga.
Apalagi sore hari adalah waktu warga memerah susu dan mengirimnya ke koperasi atau pengepul.
Budi Prayogo, Ketua Forum Pengurangan Risiko Bencana (FPRB) Desa Kradinan, mengatakan pihaknya menginisiasi penggunaan jalur alternatif di atas lokasi longsor.
“Ada jalan rabat yang hanya cukup untuk satu mobil. Jadi tidak bisa berpapasan dari dua arah,” jelas Budi.
Jalur alternatif ini dari Desa Kradinan tembus ke Desa Pagerwojo, Kecamatan Pagerwojo.
Budi meminta warga yang mempunyai handy talky (HT) untuk menjaga di kedua ujung jalan.
Mereka yang mengatur lalu lintas secara bergantian dari kedua arah.
“Selama 3 jam akhirnya jalan bisa dibuka lagi setelah digelontor pakai air. Angkutan susu bisa lewat meski bergantian,” pungkas Budi.