Kotoran sapi bukan lagi kutukan, melainkan berkah yang menyuburkan kantong.
Kampung ini pun pelan-pelan menjelma laboratorium alam tentang bagaimana manusia bisa berdamai dengan lingkungannya.
Permintaan cacing ternyata tak pernah kenyang. Industri pakan ikan dan unggas membutuhkannya.
Begitu juga produsen kosmetik dan farmasi.
Cacing jadi bahan baku untuk kapsul herbal, krim perawatan kulit, bahkan racikan obat-obatan tertentu.
Jenis cacing yang dipelihara ada dua: Lumbricus rubellus, yang populer untuk kebutuhan herbal dan kosmetik, serta African Night Crawler (ANC), primadona pakan ternak ikan dan unggas.
"Kedua jenis ini mudah dipelihara, cepat berkembang biak, dan yang terpenting laku keras di pasar," paparnya.
Baik permintaan untuk pakan unggas maupun permintaan cacing untuk obat-obatan ia dapat dari platform jual beli daring atau media sosial.
Melalui pemasaran digital ini, cacing-cacing itu merayap menjadi rupiah ke kantong-kantongnya saban hari. Sebuah rezeki yang lahir dari pantat sapi.
Ari kini bukan sekadar peternak, tapi juga pemasok. Tangannya yang dulu akrab dengan cangkul, kini juga menari di layar ponsel untuk melayani pesanan dari berbagai daerah.
“Alhamdulillah, sekarang saya tidak perlu keluar kampung untuk menjual produk. Semua dikerjakan dari rumah, lewat online,” kata Ari.
Berita viral lainnya
Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunJatim.com