Poin Penting :
- Kasus cacingan kronis pada anak di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat hingga meninggal dunia picu kekhawatiran banyak pihak
- Di Kabupaten Trenggalek, kasus cacingan relatif mengalami penurunan
- Dinkesdalduk KB Kabupaten Trenggalek mencatat ada 41 kasus cacingan hingga Agustus 2025
Laporan Wartawan Tribun Jatim Network, Sofyan Arif Candra
TRIBUNJATIM.COM, TRENGGALEK - Kasus infeksi cacingan kronis pada anak di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat hingga meninggal dunia memicu keprihatinan dari berbagai pihak.
Kasus tersebut menjadi dasar evaluasi pelayanan kesehatan baik di pemerintah pusat, dan juga daerah.
Di Kabupaten Trenggalek, kasus cacingan relatif mengalami penurunan.
Dinas Kesehatan, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (Dinkesdalduk KB) Kabupaten Trenggalek mencatat ada 41 kasus cacingan hingga Agustus 2025.
Angka ini menunjukkan penurunan dibandingkan tahun sebelumnya. Di periode yang sama pada tahun 2024 mencapai 71 kasus, sementara pada tahun 2023 tercatat sebanyak 83 kasus.
Baca juga: 8 Cara Cegah Cacingan Pada Anak, Pilu Bocah 3 Tahun di Sukabumi Meninggal Dunia karena Cacing
"Jadi dibanding tahun sebelumnya ada penurunan kasus," kata Kepala Dinkesdalduk KB Kabupaten Trenggalek, Sunarto, Senin (25/8/2025).
Selain itu, Sunarto memastikan tidak ada kasus cacingan kronis yang ditemukan di Bumi Menak Sopal.
Dari data yang ada, kelompok usia anak menjadi golongan yang paling rentan terinfeksi cacing, walaupun kasus tersebut juga ditemukan pada pasien dewasa.
Untuk itu, Dinkesdalduk KB gencar memberikan obat cacing massal salah satunya melalui Posyandu.
Dari situ, penemuan kasus kecacingan pada anak dibawah 15 tahun khususnya ascaris dan hookworm bisa ditekan dan saat ini penemuan kasusnya pun sangat kecil.
"Jadi langkah kita dengan pemberian obat cacing massal di Kabupaten Trenggalek sangat berhasil untuk menekan kasus kecacingan pada anak," ucapnya.
Baca juga: Raya yang Tubuhnya Dipenuhi Cacing 1 Kg Tinggal di Rumah Bambu Berlubang, Gubernur Murka Hukum Desa
Jika ditemukan gejala cacingan pada pasien, petugas kesehatan akan memberikan pemeriksaan serta pengobatan.
Sementara itu, untuk jangka panjang dilakukan dengan pemberian edukasi kepada masyarakat melalui posyandu, terutama terkait pentingnya menjaga kebersihan diri.
Edukasi tersebut mencakup penguatan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), mencuci tangan dengan sabun, membiasakan memotong kuku pendek, menggunakan sabun antiseptik, hingga klorinasi sumber air pasca banjir.
"Masyarakat juga kita didorong untuk selalu menggunakan alas kaki dan memastikan ketersediaan air bersih dengan pemeriksaan bakteriologis," tutupnya.