400 Hektare Tembakau di Tulungagung Mati Usai Diguyur Hujan di Musim Kemarau

Penulis: David Yohanes
Editor: Dwi Prastika
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

TANAMAN TEMBAKAU MATI - Kondisi tanaman tembakau di Desa Waung, Kecamatan Boyolangu, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur, mati setelah diguyur hujan deras di saat musim kemarau basah, Kamis (28/8/2025). Hujan selama 2 hari di pekan lalu membuat lebih dari 400 hektare area tanam tembakau rusak.

Poin Penting:

  • Hujan di musim kemarau menyebabkan lebih dari 400 hektare tanaman tembakau petani Tulungagung mati.
  • Kerusakan terjadi di Desa Bono dan Desa Waung di Kecamatan Boyolangu, Desa Gondosuli dan Desa Tawing Kecamatan Gondang, juga di Desa Kendalbulur Kecamatan Boyolangu yang selama ini menjadi andalan.
  • Tanaman tembakau yang mati mayoritas berusia 1 bulan hingga 2 bulan.

Laporan Wartawan Tribun Jatim Network, David Yohanes

TRIBUNJATIM.COM, TULUNGAGUNG - Hujan yang mengguyur Tulungagung, Jawa Timur, di musim kemarau menyebabkan sekitar lebih dari 400 hektare tanaman tembakau mati.

Hujan dalam intensitas tinggi terjadi hanya sekitar 2 hari di pekan lalu, namun kerusakan yang disebabkan pada tanaman tembakau meluas.

Lahan yang basah hingga terendam membuat tembakau mati secara perlahan-lahan.

Hujan di musim kemarau basah ini masih menjadi ancaman bagi tanaman tembakau yang selamat.

“Banyak yang mati, kerusakan tanaman tembakau hampir di semua desa yang punya area tanam,” ujar Bendahara Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) Tulungagung, Endri Cahyono, Kamis (28/8/2025).

Kerusakan terjadi di Desa Bono dan Desa Waung di Kecamatan Boyolangu, Desa Gondosuli dan Desa Tawing Kecamatan Gondang, juga di Desa Kendalbulur Kecamatan Boyolangu yang selama ini menjadi andalan.

Endri yang juga Ketua Kelompok Petani Tembakau Tani Makmur Desa Kendalbulur, mengatakan ada sekitar 20 hektare yang mati.

Jumlah ini tergolong minim jika dibanding wilayah desa-desa lain yang terendam air.

“Yang lain selamat karena lahannya lebih tinggi. Yang 20 hektare mati itu di lahan bengkok,” ungkapnya.

Saat ini luas tanam tembakau di Kabupaten Tulungagung sekitar 900 hektare.

Baca juga: Cuaca Tak Menentu dan Serangan Hama Bikin Biaya Produksi Petani Tembakau Sampang Membengkak

Dari total luas area tanam ini, hampir setengahnya dipastikan mati dan gagal panen.

Tanaman tembakau yang mati mayoritas berusia 1 bulan hingga 2 bulan.

“Ada juga yang hampir panen di Desa Waung dan Desa Bono. Kurang 20 hari lagi sudah panen,” tambahnya.

Endri memperkirakan, jika luas tanam yang rusak 400 hektare saja, kerugian yang dialami mencapai Rp 2 miliar.

Tanaman yang sudah wiwil pertama bisa dimanfaatkan untuk krosok, atau daun tembakau yang dikeringkan.

Harganya pun turun jauh, hanya sekitar Rp 15.000 hingga Rp 20.000 per kilogram.

“Harganya jauh sekali jika dijadikan tembakau rajangan kering. Paling tidak sedikit mengurangi kerugian,” ucapnya.

Saat ini harga tembakau Tulungagung tembus Rp 130.000 per kilogram.

Endri meyakini harga akan terus naik karena jumlah panen yang terbatas karena banyak yang mati.

Karena itu Endri berharap agar hujan intensitas tinggi tidak lagi turun agar tanaman tembakau yang ada bisa panen.

“Kalau selamat dari hujan, pertengahan September (2025) ini sudah panen. Harganya pasti mahal karena barangnya langka,” tegasnya.

Saat ini Endri juga mendatangkan daun tembakau basah dari wilayah Kabupaten Magetan.

Tembakau ini dirajang dengan metode patik, atau dirajang dengan gagangnya untuk memasok permintaan pabrik rokok di Tulungagung.

Namun harganya masih di bawah tembakau hasil dari Tulungagung sendiri. 

Berita Terkini