Sidik sempat mengaku sebagai lurah, namun massa tetap memukulinya.
Sopir juga menjadi sasaran pukulan.
Keduanya berhasil menyelamatkan diri dengan berlari ke sebuah gang.
Baca juga: Orasi Lengkap Reza Rahadian saat Demo DPR, Miris MK Dijegal: Negara Bukan Milik Keluarga Tertentu
Sementara itu, Sidik mengalami kerugian hingga sekitar Rp 60 juta karena mobil dinasnya dirusak dan dua telepon genggamnya dijarah massa saat kejadian.
Mobil dinas berjenis Isuzu Panther berpelat merah itu hancur di sejumlah bagian.
Selain itu, dua ponsel milik Sidiq, yakni Samsung S20 Plus dan Redmi Note 6, hilang dari dalam kendaraan.
“HP saya ada Samsung S20, kalau baru dulu harganya di atas Rp 20 juta. Ada juga Redmi Note 6. Kalau mobil, kerugiannya bisa sekitar Rp 40 juta ke atas,” jelas Sidiq.
Pantauan di lokasi, mobil dinas berwarna hitam itu kini terparkir di tepi Jalan KS Tubun, tepatnya di depan Kantor Pos Indonesia, dekat Puskesmas Pembantu Slipi 2, Palmerah, Jakarta Barat.
Kendaraan masih dipasangi garis polisi. Kaca depan dan samping pecah, kap mesin penyok, serta lampu depan kanan-kiri hancur.
Interior mobil tampak berantakan dengan serpihan kaca berserakan di kursi berwarna krem.
Sidiq menuturkan, peristiwa itu terjadi ketika ia pulang dari kantor menuju rumahnya di Tanah Abang Dalam.
Saat melintas di Bundaran Slipi, mobil yang ditumpanginya dicegat massa.
“Sekitar pukul 18.30 kami ketemu gerombolan anak-anak SMA, STM gabungan setelah demo. Ada yang bilang, ‘oh itu mobil anggota DPR’. Padahal saya sudah jelaskan, saya lurah, bukan anggota dewan,” ujarnya.
Massa tetap merangsek, memukul kaca, dan berteriak “bakar, pecahin!”. Dalam upaya menghindar, mobil bahkan sempat menabrak gerobak siomay dan sepeda motor.
“Saya turun, saya jelaskan kalau saya lurah. Tapi massa tetap mukul saya. Sopir saya juga sempat dipukul dan dilempar batu,” kata Sidiq.