Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Nelangsa Nurjanah Dikurung Keluarga selama 15 Tahun, Kondisinya Linglung setelah Dinikahi Pria

Sehari-harinya dijalani di ruangan sempit, berada di ruang berukuran 2 meter persegi, berdinding anyaman bambu.

|
Penulis: Alga | Editor: Mujib Anwar
Tribun Jabar/Dian Herdiansyah
DIKURUNG - Nurhalimah menunjukkan lokasi Nurjanah menjalani hari-hari di Kampung Cikawung, Desa Babakan Panjang, Kecamatan Nagrak, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Sehari-hari adiknya dikurung di ruangan kecil tersebut. 

TRIBUNJATIM.COM - Ajan atau Nurjanah (43), warga Kampung Cikawung, Desa Babakan Panjang, Kecamatan Nagrak, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, mengalami nasib memprihatinkan.

Sehari-harinya dijalani di ruangan sempit, berada di ruang berukuran 2 meter persegi, berdinding anyaman bambu tanpa kasur, tanpa kamar mandi, dan hanya beralaskan bale reyot.

Di ruang kecil itu pula, Nurjanah tidur, makan, dan membuang hajat selama 15 tahun.

Kakak dari Nurjanah, Nurhalimah (56) mengatakan, adiknya berubah setelah pulang dari Jakarta dan menikah dengan seorang pria asal Kabupaten Blitar, Jawa Timur.

"Dulu pernah kerja di Jakarta delapan bulan. Pulang ke kampung, ada lelaki dari Blitar datang, katanya jodohnya Nurjanah," ujar Nurhalimah.

"Mereka menikah, lalu dia dibawa ke Blitar," imbuhnya, Rabu (27/8/2025), dilansir dari Tribun Jabar.

Di Blitar, Nurjanah sempat membangun rumah tangga.

Ia bahkan memiliki seorang anak laki-laki yang kini telah beranjak dewasa.

Namun, kondisi kesehatan mentalnya tidak stabil. 

"Kadang normal, kadang sakit. Pernah juga kabur dua kali karena pengin keluar cari uang sendiri," kata Halimah.

Hingga akhirnya, sekembalinya ke Sukabumi, kondisi Nurjanah makin memburuk.

Keluarga yang tidak memiliki pengetahuan dan akses memadai tentang penanganan gangguan jiwa, memilih langkah mengurung Nurjanah demi alasan keamanan.

Kamar kecil dari anyaman bambu menjadi penjara sekaligus tempat perlindungannya.

Di situlah ia melewati pergulatan panjang dengan dirinya sendiri.

"Ya, gimana lagi, buang air juga di situ, karena tidak ada kamar mandi. Mau keluar juga takut kabur, makanya dikunci," ungkap Halimah pilu.

Baca juga: Sosok Menteri Seenaknya Tukar Kursi Pesawat Meski Sudah Ditolak, Sang Artis Protes: Sesepele Ini

Operator Sistem Gender dan Anak (Opsiga) Komisi Perempuan Indonesia (KPI) Cabang Sukabumi, Arum Rumiyati mengungkapkan, kasus ini baru terbongkar setelah keluarga mulai membuka diri.

Mereka datang ke Puskesmas untuk meminta rujukan ke rumah sakit jiwa. 

"Jadi memang saat kita datang ke lokasi itu kondisinya memperhatikan. Hampir 15 tahun kondisinya terkurung akibat adanya gangguan kejiwaan," ucap Arum, Rabu.

Namun, saat dicek, Nurjanah belum memiliki administrasi kependudukan dan jaminan kesehatan.

"Kemarin ya, kita lakukan pendampingan bersama pihak desa, bersama pihak kepolisian untuk membuat kartu keluarga dan KTP."

"Sekarang untuk administrasi kependudukannya sudah ada (tercetak)," ucapnya. 

Sementara itu, untuk mendapatkan jaminan kesehatan (BPJS) gratis yang bersumber dari APBD, masih menunggu aktivasi.

"Jadi BPJS-nya Ibu Ajan itu akan aktif di bulan September. Tidak bisa langsung aktif, harus nunggu awal bulan," kata Arum.

Jika sudah aktif, Nurjanah akan dirujuk ke Rumah Sakit Marzuki Mahdi, Cilendek, Bogor.

Saat ini, Nurjanah masih tinggal di tempat tinggal biasanya, untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan. 

"Masih, nanti kita nunggu BPJS aktif, baru kita akan rujuk ke sana untuk pengobatan," tutupnya.

Nasib serupa juga dialami Jumaiyah (37), yang terpaksa menjalani hidup di balik 'jeruji' kamar berukuran 2x3 meter di rumahnya selama 20 tahun.

Warga Desa Jatipurwo, Kecamatan Rowosari, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah, ini tak merasakan kehidupan sejak remaja.

Anak dari pasangan Sukirman dan Suwarni ini sudah  lagi memiliki semangat menjalani hidup.

Bagaimana tidak, ia tumbuh dalam belenggu rantai yang melilit kakinya setelah didiagnosis mengidap gangguan jiwa.

Jumaiyah mengidap gangguan kejiwaan tersebut sejak usia remaja.

Sebenarnya dia sempat mengenyam pendidikan hingga tingkat SMP.

Baca juga: Sosok Menteri Seenaknya Tukar Kursi Pesawat Meski Sudah Ditolak, Sang Artis Protes: Sesepele Ini

Semasa menjalani pendidikan SMP, Jumaiyah juga dikenal sebagai anak yang cerdas dan kerap meraih berbagai catatan kejuaraan bergengsi.

Bahkan Jumaiyah pernah bekerja di Kota Semarang. 

Namun kehidupan remaja Jumaiyah seketika berubah menjadi awal paling mengerikan dalam hidupnya. 

Sepulang sekolah, Jumaiyah berteriak sepanjang jalan hingga menuju rumah seolah mengalami kesurupan.

Keluarga Jumaiyah yang hidup dalam keterbatasan, saat itu tak mampu berbuat banyak.

Sukirman dan Suwarmi tidak memiliki pekerjaan, mereka hanya mengandalkan bantuan dari tetangga serta saudara untuk bertahan hidup.

Rasa bingung, gundah gulana, dan panik bercampur aduk menjadi satu, saat mengetahui kondisi Jumaiyah yang tak terkendali.

Jumaiyah sempat dibawa ke RSJ di Semarang untuk menjalani proses pengobatan.

Anggota DPRD Kabupaten Kendal, Nawir (peci hitam) mendatangi dan memberikan bantuan kepada Jumaiyah (37) di rumahnya di Desa Jatipurwo, Kecamatan Rowosari, Kabupaten Kendal, Kamis (10/4/2025). Selama 20 tahun, Jumaiyah mengidap gangguan jiwa dan terpaksa dirantai di kamar agar tak mengamuk di luar.
Anggota DPRD Kabupaten Kendal, Nawir (peci hitam) mendatangi dan memberikan bantuan kepada Jumaiyah (37) di rumahnya di Desa Jatipurwo, Kecamatan Rowosari, Kabupaten Kendal, Kamis (10/4/2025). Selama 20 tahun, Jumaiyah mengidap gangguan jiwa dan terpaksa dirantai di kamar agar tak mengamuk di luar. (Dok DPRD KABUPATEN KENDAL)

Sayang, Jumaiyah tak sedikit pun merespons meski sudah dilakukan asesmen.

Jumaiyah hanya diam seribu bahasa, hingga akhirnya terpaksa menjalani perawatan seadanya oleh keluarga di rumah.

Saat ini, kondisi Jumaiyah semakin mengkhawatirkan dan tak terkendali.

Jika tidak diawasi, Jumaiyah kerap memakan benda apapun di sekitarnya, termasuk uang koin dan jarum jahit.

Dia bahkan pernah meminum air panas hingga membuat Jumaiyah kehilangan kemampuan berbicara.

Tak jarang, Jumaiyah juga mengamuk dan berlarian keluar rumah tak karuan, yang membuat orang tuanya semakin tak kuasa.

Keluarga pun terpaksa mengambil langkah ekstrem dengan merantai kedua kaki putri kesayangannya.

Baca juga: Ahmad Sahroni Diduga Kabur ke Singapura saat Demo, Ferry Irwandi: Pengecut Bermental Culun

Terpisah, Kepala Dinsos Kabupaten Kendal, Muntoha menuturkan, pihaknya langsung memberikan asesmen di rumah Jumaiyah.

Dia menerangkan, saat ini pihaknya tengah menunggu langkah dari Pemerintah Desa untuk membuat rekomendasi bantuan yang akan diusulkan ke Kemensos.

"Dari petugas kami sudah langsung melakukan penanganan."

"Kami sudah berkoordinasi dengan pihak desa untuk segera mengajukan bantuan," ungkapnya.

Muntoha pun turut prihatin atas kondisi yang menimpa warganya.

Pihaknya bakal mengupayakan agar bantuan dari Kemensos bisa segera turun secepatnya.

"Kalau dari keluarga juga minta bantuan usaha dan perawatan putrinya."

"Karena keluarga ini tidak memiliki pekerjaan dan tergantung dari Kemensos, bantuan usaha seperti apa yang akan diberikan, kami belum tahu," tutur Muntoha.

"Terkait yang bersangkutan apakah akan dirawat di Dinsos atau tidak, itu masih menunggu surat rujukan dari RSJ."

"Baru kemudian kami bisa mengambil langkah. Kami masih menunggu pihak desa terlebih dahulu." tandasnya.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved