Berita Viral
Polemik Narasi Kendaraan Nunggak Pajak Tak Bisa Isi BBM, Pertamina Klarifikasi Kabar Tersebut: Hoaks
Pertamina Patra Niaga memastikan bahwa penyaluran BBM, khususnya BBM Subsidi, tetap berjalan sesuai ketentuan pemerintah dengan mekanisme yang berlaku
TRIBUNJATIM.COM - Polemik pembatasan pengisian BBM menuai sorotan.
Sebelumnya sempat beredar narasi soal pembatasan pengisian BBM hingga 7 hari untuk mobil dan 4 hari untuk motor.
Tak hanya itu, ada juga narasi soal larangan pengisian BBM bagi kendaraan yang menunggak pajak.
Menanggapi hal itu, Pertamina Patra Niaga menegaskan bahwa informasi itu tidak benar atau hoaks.
Baca juga: Polemik Isi BBM Angka Genap di SPBU Mudah Dicurangi, Speed Diduga Pengaruh, Pertamina Klarifikasi
Selain itu, beredarnya narasi bahwa kebakaran SPBU terjadi akibat kebijakan tersebut juga merupakan hoaks.
Video yang disebarkan akun tertentu merupakan rekaman lama dari peristiwa berbeda, yakni kebakaran SPBU di Aceh pada tahun 2024.
Pertamina Patra Niaga memastikan bahwa penyaluran BBM, khususnya BBM Subsidi, tetap berjalan sesuai ketentuan pemerintah dengan mekanisme yang berlaku, sehingga lebih tepat sasaran dan transparan.
Pj. Corporate Secretary Pertamina Patra Niaga, Roberth MV Dumatubun, mengimbau masyarakat agar jeli dan teliti terhadap berbagai bentuk disinformasi yang sering beredar.
“Selain isu pembatasan BBM, masyarakat juga perlu mewaspadai hoaks lainnya seperti rekrutmen fiktif yang meminta biaya, kabar mobil tangki Pertamina mengisi di SPBU swasta, maupun informasi palsu terkait harga,” jelas Roberth.
Pertamina Patra Niaga mengajak masyarakat untuk selalu memastikan kebenaran informasi melalui kanal resmi perusahaan.
Sementara itu, polemik soal Pertamina ternyata juga pernah viral, yakni di sisi mengisi BBM.
Viral polemik pengisian bahan bakar minyak (BBM) di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) hingga tips agar tidak dicurangi.
Hal itu kemudian viral di media sosial yang diunggah oleh akun TikTok @kepo************ (28/8/2025).
Pada unggahan video itu, terdapat sejumlah tips yang dibagikan bagaimana caranya agar konsumen tidak dicurangi ketika di SPBU.
Menurutnya, mengisi BBM atau bensin di Pertamina sebaiknya tidak menggunakan angka genap.
Baca juga: Curhat Anto Beli BBM Ditolak, Petugas Malah Ngisi Pertalite ke Pembeli Pakai Drum, SPBU Klarifikasi
"Ini sedikit tips ya buat kalian kalau mau mengisi bensin. Kalau teman-teman mau isi bensin, teman-teman jangan beli di angka genap dan pastikan mengisi di angka ganjil, khususnya di Pertamina," ujar pengunggah.
"Jangan isi pas Rp 10.000, isi aja Rp 13.000 atau Rp 17.000 pokoknya di angka ganjil ya, jangan di angka genap. Karena di angka genap mudah banget untuk mempermainkan pompanya. Ini sedikit bocoran dari orang Pertamina," tambahnya.
Hingga Sabtu (6/9/2025) siang, unggahan tersebut sudah dilihat sebanyak 2,8 juta kali dan mendapatkan lebih dari 5.400 komentar dari warganet.
Lantas, benarkah sebaiknya isi bensin pakai nominal ganjil agar tidak dicurangi, karena takaran SPBU angka genap?
Penjelasan Pertamina
Pj Corporate Secretary Pertamina Patra Niaga, Roberth Marchelino Verieza, membantah informasi yang menyebutkan bahwa pengisian BBM di SPBU harus dengan nominal ganjil agar tidak dicurangi.
Pihaknya memastikan, secara teknis proses pengisian BBM sama dan jumlah bahan bakar yang diterima konsumen pasti sesuai dengan nominal rupiah yang dibayarkan.
“Kalau mengisi Rp 20.000 atau Rp 23.000, BBM yang didapat tetap sesuai dengan nilai rupiah tersebut," ujar Roberth kepada Kompas.com, Kamis (3/9/2025).
"Kemudian, misalnya beli Pertalite Rp 10.000 akan dapat 1 liter. Kalau nominalnya Rp 13.000, otomatis dapat 1,3 liter,” tambahnya.
Kecepatan nozzle tak pengaruhi takaran BBM
Menurut Roberth, isu tersebut serupa dengan kabar lain yang beredar di masyarakat, yakni anjuran agar konsumen tidak menggunakan speed 2 atau 3 dan hanya memilih speed 1 agar takaran BBM lebih tepat.
Padahal, anggapan itu keliru.
“Faktanya, speed 1, 2, atau 3 tidak memengaruhi jumlah BBM yang diterima konsumen. Angka tersebut hanya mengatur kecepatan aliran BBM dari nozzle," tegas Roberth.
"Kalau antrean sedang ramai, petugas biasanya menggunakan speed 3 supaya lebih cepat. Namun kalau situasi sepi, pakai speed 1 pun tidak masalah karena tidak ada yang menunggu di belakang,” katanya.
Dengan demikian, Pertamina memastikan bahwa konsumen tidak perlu khawatir soal akurasi takaran BBM, karena baik nominal rupiah maupun pilihan speed pengisian tidak memengaruhi jumlah yang diterima.
Komitmen Pertamina
Roberth juga menegaskan bahwa SPBU Pertamina berkomitmen menjaga kualitas layanan bagi konsumen.
“Dispenser di SPBU selalu diperiksa secara berkala, dan setiap hari dilakukan pengecekan untuk memastikan layanan yang diberikan tepat kualitas dan tepat jumlah,” pungkasnya.
Polemik tombol P1, P2 dan P3 di mesin SPBU kini viral di media sosial
Banyak unggahan yang sempat membahas tips dan trik ketika membeli bahan bakar minyak (BBM) di SPBU Pertamina.
Selain tips dan trik, banyak juga yang menyorot adanya tombol P1,P2 dan P3.
SPBU adalah singkatan dari Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum, yaitu tempat resmi untuk menjual dan mengisi bahan bakar kendaraan bermotor, seperti bensin dan solar.
Baca juga: Curhat Anto Beli BBM Ditolak, Petugas Malah Ngisi Pertalite ke Pembeli Pakai Drum, SPBU Klarifikasi
Sebuah video yang diunggah oleh akun @wargabahag*** menyinggung cara pengisian BBM dengan nominal tertentu dan ramai menuai respons publik.
Dalam unggahan tersebut, narator yang merupakan petugas Pertamina menyebut bahwa konsumen sebaiknya tidak membeli BBM dengan nominal bulat seperti Rp 10 ribu, Rp 20 ribu, atau Rp 30 ribu.
Alasannya, jika jumlah pembelian sedikit dilebihkan, misalnya Rp 11 ribu atau Rp 12 ribu, volume BBM yang keluar bisa berbeda.
Meski disampaikan dengan nada bercanda, informasi itu justru memicu diskusi beragam di kalangan warganet.
Ada yang menilai ucapan tersebut masuk akal, karena secara logika jumlah BBM yang diterima memang akan berbeda mengikuti nilai rupiah yang dibayarkan.
"Ya emang beda lah, 10 dan 13 ribu," komentar akun @@suhai***.
Namun, sebagian lain justru menyoroti kemungkinan adanya praktik kecurangan dalam proses pengisian BBM, terutama terkait pengisian dengan tombol manual (tombol angka pengisian) dan otomatis (P1, P2, P3).
Diskusi pun semakin melebar, hingga menyinggung pengaturan tombol pada dispenser di SPBU Pertamina.
Dalam obrolan warganet, muncul anggapan bahwa penggunaan tombol otomatis yang dikenal sebagai P1, P2, dan P3 berpotensi dimanfaatkan untuk mengurangi volume BBM.
Tombol ini biasanya dipakai operator untuk mempercepat pengisian dengan nominal tertentu, seperti Rp 10 ribu atau Rp 20 ribu.
“Kalau isi Rp 11 ribu misalnya, harus diinput manual. Nah, kecurangannya bisa muncul di tombol otomatis. Seharusnya Rp 10 ribu setara 1.000 ml, tapi kalau sudah di-setting, bisa saja yang keluar hanya 950 ml,” tulis salah satu komentar dari pengguna akun @a_a*** yang mendapatkan belasan ribu like.
Tombol otomatis pengisian P1-P3 bukan jumlah BBM
Corporate Secretary Pertamina Patra Niaga, Roberth Marchelino Verieza, menegaskan bahwa sistem tersebut dirancang untuk memastikan konsistensi volume yang diterima pelanggan.
“P1 sampai P3 adalah pengaturan kecepatan pada nozzle, bukan jumlah BBM. Jika antrean padat, operator bisa menggunakan P3 untuk mempercepat layanan. Tapi jumlah BBM yang keluar tetap sama karena SPBU melakukan tera dan pengetesan setiap hari,” jelas Roberth kepada Kompas.com, Senin (1/9/2025).
Menurutnya, volume BBM yang diterima konsumen murni tergantung pada nominal pembelian, bukan metode pengisian.
Artinya, jika seseorang membeli Rp 10 ribu, maka bahan bakar yang keluar sesuai nilai tersebut, begitu juga Rp 20 ribu atau Rp 30 ribu.
“Jumlah BBM pasti sesuai dengan nilai rupiah yang dibayarkan. Kalau beli Rp 10 ribu ya dapat Rp 10 ribu, beli Rp 12 ribu ya sesuai Rp 12 ribu. Tidak ada perbedaan antara pengisian otomatis maupun manual karena seluruh dispenser diuji akurasinya,” tegasnya.
Pengetesan rutin dan upaya pencegahan kecurangan
Roberth juga memastikan seluruh dispenser BBM di SPBU Pertamina rutin diuji takarannya.
Setiap hari dilakukan pengetesan oleh operator, dan secara berkala dilakukan kalibrasi untuk menjaga akurasi sistem.
Hal ini dilakukan agar konsumen tidak merasa dirugikan dan tetap percaya pada layanan Pertamina.
“Setiap hari SPBU wajib melakukan pengetesan, dan secara berkala juga dilakukan kalibrasi. Selain itu, petugas Pertamina bisa sewaktu-waktu melakukan pengecekan acak di lapangan,” kata Roberth.
Selain memastikan akurasi teknis, Pertamina juga menyiapkan langkah pencegahan terhadap potensi kecurangan, baik oleh oknum operator maupun pihak ketiga.
Edukasi diberikan kepada pengelola SPBU dan operator, disertai pengecekan rutin serta pembinaan jika ada pelanggaran.
“Kami terus mengedukasi operator dan konsumen, melakukan pengecekan ke SPBU, serta memberikan pembinaan bila ada yang menyalahi aturan. Konsumen juga bisa melapor melalui call center Pertamina 135 bila menemukan dugaan kecurangan,” ungkapnya.
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com
Terlilit Utang Rp70 Juta, Suami Bunuh Istri & Anak Lalu Beli Obat Sejenis Morfin di Apotek |
![]() |
---|
17.750 Jiwa Terancam Terusir dari Desa yang Diklaim Perhutani, Warga Tetap Diminta Bayar Pajak |
![]() |
---|
Arti Lirik Tepuk Sakinah yang Viral dan Trend di TikTok, Kemenag Singgung Lima Pilar Keluarga |
![]() |
---|
Viral Ikan Hiu Goreng Jadi Menu MBG, Orangtua Trauma hingga Pilih Bawa Bekal untuk Anak |
![]() |
---|
Biang Kerok Aksi Mahasiswa Baru Unsri Dipaksa Saling Cium Kening, Terancam Dikeluarkan dari Kampus |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.