Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Viral

Cara Warga di Desa ini Pakai BBM dari Sampah, Harganya Cuma Rp 10 Ribu Seliter

Sebelumnya, desa ini viral karena program pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) menggunakan sampah.

Penulis: Ani Susanti | Editor: Mujib Anwar
Dok Desa Talunombo
PENGOLAHAN SAMPAH - Ketua KSM Lestari Talunombo, Eko Prastyawan saat membeli sampah dari warga. Sampah itu diolah menjadi bahan bakar minyak (BBM) setara solar. 

TRIBUNJATIM.COM - Warga di desa ini pakai bahan bakar minyak (BBM) setara solar dari sampah.

Warga yang dimaksud adalah mereka yang tinggal di Desa Talunombo, Kecamatan Sapuran, Wonosobo, Jawa Tengah.

Sebelumnya, desa ini viral karena program pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) menggunakan sampah.

Ketua KSM Lestari Talunombo, Eko Prastyawan mengatakan, sampah plastik yang dikumpulkan masyarakat diolah menggunakan mesin pirolisis hingga menghasilkan BBM berkualitas, aman digunakan untuk mesin diesel maupun alat pertanian.

Bahkan, BBM tersebut sudah mengantongi sertifikasi dari Lembaga Migas dan dijual dengan harga hanya Rp 10.000 per liter, jauh lebih murah dibanding solar nonsubsidi.

Eko Prastyawan, mengatakan program pembelian sampah plastik sudah berjalan selama enam bulan terakhir.

Inisiatif ini juga melibatkan kerja sama dengan desa-desa sekitar di Kecamatan Sapuran, salah satunya TPS Desa Sedayu.

“Kami menerima sampah plastik dari masyarakat untuk diolah menjadi BBM setara solar. Harapannya, kegiatan ini bisa menjaga lingkungan tetap bersih sekaligus membuka peluang ekonomi baru,” ujarnya pada Rabu (24/9/2025), melansir dari Kompas.com.

Inovasi Desa Talunombo sebelumnya sempat menarik perhatian Kementerian Dalam Negeri.

Dua staf khusus Mendagri bahkan turun langsung ke Talunombo untuk meninjau pengelolaan sampah dan menilai program ini layak direplikasi di berbagai daerah di Indonesia.

Langkah berani Talunombo tak hanya memberi solusi persoalan sampah plastik, tetapi juga membuktikan bahwa desa mampu menjadi pelopor energi alternatif yang bernilai ekonomi tinggi.

Baca juga: PBB Dibayar Pakai Sampah, Warga di Wonosobo Didatangi Utusan Mendagri Tito Sekaligus Bawa Pejabat

Langkah Desa Talunombo ini diharapkan menjadi inspirasi bagi desa-desa lain dalam memanfaatkan sampah plastik, tidak hanya sebagai upaya menjaga kebersihan lingkungan, tetapi juga sebagai sumber energi alternatif yang bernilai ekonomi.

"BBM yang dihasilkan bisa dimanfaatkan untuk alat-alat pertanian serta mobil berbahan bakar solar," tutup Eko.

Sementara itu, warga di desa lain bisa bayar pajak pakai buah pisang.

Warga yang dimaksud adalah warga Desa Bringinan, Kecamatan Jambon, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur.

Kepala desa atau kades meluncurkan program inovatif yang memungkinkan warganya membayar Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) dengan pisang.

Program ini dimulai sejak tahun 2023 dengan pembagian bibit pisang Cavendish sebanyak 4.000 batang kepada warga.

Baca juga: Katimin Bayar PBB Rumah Pakai Pisang Cavendish, Usaha Kades di Ponorogo Bawa Solusi Buat Warga

Katimin (36), salah satu warga desa, terlihat bergegas membawa pisang Cavendish yang baru dipetik dari kebunnya ke balai desa.

Ia mengaku akan menggunakan hasil panennya untuk melunasi PBB.

“Sekarang di desa kami bisa membayar pajak dengan pisang,” ujarnya saat ditemui di Balai Desa Bringinan pada Senin (8/9/2025), dikutip dari Kompas.com.

Sebagai petani, Katimin mengungkapkan bahwa program ini sangat membantunya.

Ia sering kali merasa kesulitan memenuhi kebutuhan sehari-hari dari penghasilannya.

“Dengan menanam pisang, tanpa disadari, saya sudah memiliki tabungan untuk membayar pajak,” imbuhnya.

Dari satu tandan pisang, Katimin menjelaskan bahwa ia mendapatkan uang sebesar Rp 35.000, dengan harga pisang yang dibawanya sebesar Rp 5.000 per kilogram.

“Bayar pajak rumah saya itu Rp 37.000. Pisang tadi beratnya 7 kilogram, jadi tinggal nambah Rp 2.000 untuk melunasi PBB saya tahun ini,” tuturnya.

Kepala Desa Bringinan, Barno, menjelaskan bahwa program membayar pajak dengan pisang ini bertujuan membantu masyarakat dalam memenuhi kewajiban pajak mereka.

“Kita berpikir tidak hanya nagih saja, tapi kita juga memberikan solusi. Ada tuntutan, ada solusi, sehingga tidak ada yang dirugikan,” ungkapnya.

Barno menambahkan bahwa pemilihan jenis pisang yang diberikan kepada warga didasarkan pada riset, dengan pertimbangan nilai ekonomis yang tinggi.

“Kita pilih pohon pisang jenis apa yang bisa tumbuh terus dalam satu tahun. Dari satu bonggol bisa berbuah dua hingga tiga buah, cukup untuk membayar satu pekarangan,” ujarnya.

Meskipun awalnya program ini tidak berjalan mulus karena warga belum mengenal pisang Cavendish, kini warga mulai merasakan kemudahan dalam pembayaran PBB.

“Di awal 2024, kita ada petugas khusus untuk menanam bibit pisang Cavendish. Sekarang total ada lebih dari 4.000 bibit yang dibagikan kepada warga,” tambah Barno.

Pemerintah desa juga telah menjalin kerja sama dengan pedagang untuk menampung hasil panen pisang Cavendish dari warga.

Harga yang ditetapkan adalah Rp 5.000 per kilogram.

“Kita bekerja sama dengan pedagang sehingga kita tidak kesulitan melempar ke pasar. Semoga ini menjadi solusi bagi warga agar tidak kesulitan membayar PBB,” pungkas Barno.

Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunJatim.com

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved