Berita Viral
Dedi Mulyadi Terdiam Dengar Warga Beberkan Tradisi Tak Manusiawi Truk Tambang saat Menabrak: Bablas
Gubernur Jabar syok terdiam mendengar warga korban tabrakan truk tambang membeberkan praktik tak manusiawi.
Penulis: Ignatia | Editor: Mujib Anwar
Poin penting:
- Konflik sopir truk dan warga di Kecamatan Rumpin belum selesai.
- Gubernur Jabar Dedi Mulyadi dibuat terdiam syok mendengar cerita tentang adanya praktik tak manusiawi sopir truk
- Demi santunan kecil, para sopir truk sering membablaskan kendaraan hingga menewaskan warga sekitar.
TRIBUNJATIM.COM - Cerita mengejutkan datang dari korban truk tambang Rumpin yang belakangan bermasalah.
Devi, korban truk tambang Rumpin yang kini lumpuh permanen membeberkan cerita yang membuat Gubernur Jawa Barat sampai terdiam.
Dalam pertemuan emosional di Gedung Pakuan, Devi mengungkap praktik mengerikan: sopir truk disebut sengaja melindas korban agar biaya santunan lebih kecil.
Dedi Mulyadi tak kuasa menahan rasa haru sekaligus geram saat mendengar pengakuan seorang korban kecelakaan di jalur tambang Rumpin, Kabupaten Bogor.
Korban bernama Devi (25), kini harus hidup di kursi roda setelah tertabrak truk tambang pada tahun 2020.
Namun bukan hanya kisah kecelakaannya yang membuat Dedi terdiam, melainkan pengakuan soal praktik keji yang disebut jadi "tradisi" di kalangan sopir truk tambang.
Dalam pertemuan di Gedung Pakuan, Devi bercerita bahwa saat kejadian ia baru pulang sekolah dan hendak berbelok dengan motornya.
Dari arah belakang, truk tambang melaju dan menyerempetnya hingga terjatuh ke kolong kendaraan.
Namun bukannya berhenti, sang sopir justru terus melaju.
"Karena tahu sudah jatuh akhirnya dibablasin sama supir, karena kalau meninggal itu biayanya sedikit. Kalau masih selamat itu berkelanjutan," kata Devi saat berbicara dengan Dedi Mulyadi, dikutip dari YouTube Kang Dedi Mulyadi Channel, seperti dikutip TribunJatim.com via Tribun Jabar, Selasa (7/10/2025).
Baca juga: Temuan Prabowo Bawa Untung Negara Rp 128 Triliun: Ini Bukti Pemerintah Serius
Sejak kecelakaan itu, Devi kehilangan kemampuan berjalan.
Ia menyebut praktik tak manusiawi itu bukan hanya dialaminya, melainkan sudah menjadi rahasia umum di jalur tambang Rumpin.
Menurutnya, beberapa sopir memilih melindas korban agar dianggap meninggal di tempat
Sebab biaya santunan akan jauh lebih kecil dibanding harus menanggung pengobatan korban selamat.

"Kalau meninggal itu kan biayanya kayak sedikit, tapi kalau masih selamat itu berkelanjutan. Jadi dibablasin sama sopir, niatnya mau dibikin meninggal," tegasnya.
Dedi Mulyadi yang mendengarkan langsung kisah tersebut tampak syok dan terdiam cukup lama.
Ia menyesalkan masih adanya perilaku tidak berperikemanusiaan dalam aktivitas industri tambang di Jawa Barat.
Selain itu, Devi juga menuturkan betapa berat perjuangannya pascakecelakaan.
Ia menuding perusahaan tambang hanya menanggung biaya pengobatan selama 10 hari pertama, lalu lepas tangan ketika operasi besar kedua seharusnya dilakukan.
Baca juga: Jerit Pemilik Toko Emas setelah Pelanggan Bawa Pergi Kalung Rp 49 Juta, Pelaku Pura-pura Beli
"Awal doang, tanggung jawabnya cuman 10 hari. Setelah itu dikeluarin dari rumah sakit karena biayanya makin bengkak," ujarnya.
Perjuangan Devi untuk mendapatkan haknya pun tak mudah.
Santunan baru diberikan setelah warga sekitar melakukan aksi protes selama tiga hari, memblokir akses truk tambang di sekitar lokasi.
"Awalnya mau dikasih kecil, cuma Rp30 juta. Tapi setelah warga demo tiga hari, baru dikasih Rp100 juta," kata Devi.
Yang lebih ironis, lanjutnya, perusahaan tersebut justru membeli 10 unit truk baru tak lama setelah kejadian.
Baca juga: Berakhir Operasi Pencarian Korban Ambruknya Ponpes Al Khoziny Sidoarjo: 67 Tewas, 104 Selamat
"Kira-kira sepuluh hari setelah kecelakaan, mereka beli sekitar sepuluh unit mobil baru," ungkapnya getir.
Dedi Mulyadi berjanji akan menindaklanjuti kasus tersebut dan memperjuangkan agar praktik serupa tidak terulang lagi.
Ketegangan antara warga dan sopir truk tambang di wilayah Bogor kembali mencuat.
Konflik terbaru dilaporkan terjadi di tiga kecamatan, yakni Parung Panjang, Rumpin, dan Cigudeg, yang selama ini dikenal sebagai jalur tambang utama.
Baca juga: Diduga Selingkuh, Ibu Bhayangkari Kabur di Pintu Belakang saat Aipda IS Mencari di Rumah Brigadir N
Awal mula masalah
Aktivitas pertambangan di wilayah Rumpin, Parungpanjang, Cigudeg, dan sekitarnya telah berlangsung sejak tahun 1970-an.
Sejak lama, truk-truk tambang besar yang mengangkut material tambang melintasi jalanan umum yang juga digunakan oleh warga.
Kehadiran truk-truk ini menimbulkan berbagai keluhan dari masyarakat, terutama terkait kerusakan jalan yang cepat terjadi akibat beban berat, polusi udara dan debu yang dihasilkan oleh muatan yang tidak tertutup, serta meningkatnya risiko kecelakaan lalu lintas yang beberapa kali menimbulkan korban jiwa, termasuk pelajar.
Selain itu, warga juga terganggu oleh kemacetan, truk-truk yang parkir sembarangan, serta ketidakjelasan jam operasional truk yang mengganggu aktivitas sehari-hari masyarakat.
Tangan tangan di dalam konflik
Dalam konflik ini, terdapat tiga pihak utama dengan kepentingan yang berbeda.
Sopir truk dan para pelaku usaha transporter memiliki kepentingan ekonomi yang besar, bergantung pada kelancaran operasional mereka dalam mengangkut material tambang.
Mereka membutuhkan akses jalan yang terbuka dan waktu kerja yang fleksibel, sehingga sering menganggap aturan pembatasan sebagai hambatan.
Di sisi lain, warga sekitar mendesak adanya perlindungan terhadap keselamatan dan kenyamanan hidup mereka, menuntut jalan yang layak, udara yang bersih, serta lingkungan yang aman, terutama bagi anak-anak dan pejalan kaki.
Baca juga: 67 Korban Tewas, Polda Jatim Buka Suara Soal Proses Hukum Ambruknya Ponpes Al Khoziny Sidoarjo
Sementara itu, pemerintah daerah berada di tengah-tengah kepentingan tersebut, berupaya menyeimbangkan dorongan pertumbuhan ekonomi dari sektor tambang dengan tekanan dari masyarakat.
Berbagai kebijakan telah diupayakan, seperti pengaturan jam operasional, rencana pembangunan jalan khusus tambang, serta relaksasi aturan tertentu, namun pelaksanaannya di lapangan masih menghadapi banyak tantangan.
Berita viral lainnya
Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunJatim.com
Gubernur Jawa Barat
Kecamatan Rumpin
sopir truk tambang
Korban tabrakan
Dedi Mulyadi
berita viral
TribunJatim.com
Multiangle
meaningful
Jerit Pemilik Toko Emas setelah Pelanggan Bawa Pergi Kalung Rp 49 Juta, Pelaku Pura-pura Beli |
![]() |
---|
Temuan Prabowo Bawa Untung Negara Rp 128 Triliun: Ini Bukti Pemerintah Serius |
![]() |
---|
Alasan Anak Nashrudin Mantan Wali Kota Cirebon Curi Sepatu di Masjid setelah Ayahnya Korupsi Rp 26 M |
![]() |
---|
Siasat Bobby Nekat Menyamar Jadi Jaksa Demi Bisa Bertemu Bupati, Sempat Bertemu Pihak Kejari |
![]() |
---|
Perampok Sadis Kabur Bawa Pajero usai Habisi Ibu Rumah Tangga, Beruntung Warga Simpan Sepatunya |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.