Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Viral

Sosok Gubernur Jateng Ahmad Luthfi Sebut Keracunan MBG karena Kaget: Biasa Indomie Dikasih Spageti

Sosok Gubernur Jawa Tengah, Ahmad Luthi viral di media sosial. Sebut siswa keracunan MBG karena perutnya kaget: biasa Indomie.

Editor: Hefty Suud
KOLASE KOMPAS.com/Yefta Christopherus Asia - IST via TribunBatam
GUBERNUR JATENG VIRAL - (foto kanan) ilustrasi Makan Bergizi Gratis (MBG) dengan menu spageti, dan (foto kiri) Gubernur Jawa Tengah, Ahmad Luthfi yang viral sebut siswa keracunan MBG karena kaget biasa makan Indomie diberi spageti. 

"Ora cocok wetenge (tidak cocok perutnya), jadi penyakit (keracunan)," katanya disambut tawa ringan sebagian peserta rapat.

Baca juga: Wali Murid di Kecamatan Turen Malang Dihebohkan Surat Pernyataan Izin Program MBG

Namun di balik candanya, Luthfi mengakui ada sejumlah kelemahan yang perlu segera dibenahi dalam pelaksanaan.

Ia menyebut persoalan higienitas, sanitasi, dan kesiapan SDM di lapangan menjadi titik rawan yang harus mendapat perhatian serius.

"Omprengnya tidak bersih jadi penyakit. Kemudian SDM yang menjamah makanan itu kurang profesional."

"Karena buru-buru, belum siap disimpan, lama kelamaan jadi penyakit," ujarnya.

Ketua Lembaga Pendampingan dan Perlindungan Konsumen (LP2K) Jateng, Abdun Mufid, menilai pernyataan mantan Kapolda Jateng tersebut justru mengalihkan persoalan pokok.

Yakni terkait lemahnya standar keamanan pangan dalam penyelenggaraan MBG.

"Persoalannya bukan di menunya, tapi di ketidaksiapan penyedia yang berdampak pada rendahnya keamanan produk," tegas Mufid saat dihubungi Tribun Jateng pada Jumat (10/10/2025).

Menurutnya, pemerintah tidak bisa menyederhanakan kasus keracunan massal dengan menyalahkan kebiasaan konsumsi anak-anak.

Sebab, para siswa penerima MBG adalah konsumen yang memiliki hak atas keamanan pangan, sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Perlindungan Konsumen.

"Walaupun disebut makanan gratis, itu tetap dibayari pemerintah," ujarnya.

"Artinya, siswa tetap berposisi sebagai konsumen yang berhak atas keamanan dan keselamatan produk," tegas Mufid.

Ia menilai lemahnya perhatian terhadap aspek keselamatan konsumen menunjukkan pemerintah belum menjadikan keamanan pangan sebagai prioritas utama.

Terpisah, ahli gizi Universitas Diponegoro (Undip) Semarang, Fitriyono Ayustaningwarno menyebutkan, permasalahan bukan terletak pada jenis makanan, seperti spaghetti atau mi instan, melainkan kepada cara pengolahan dan penyajian yang tidak memenuhi standar keamanan pangan.

"Mi instan maupun spageti sama-sama berbahan dasar tepung terigu," ujar Yusta.

Halaman 2 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved