Anggap Lisa Mariana Cari Sensasi, Ridwan Kamil Tegas Menolak Tes DNA Ulang: Enggak Ada Gunanya

TRIBUNJATIM.COM - Ridwan Kamil tegas menolak permintaan Lisa Mariana tes DNA ulang. 

Untuk diketahui, tes DNA adalah prosedur laboratorium untuk menganalisis materi genetik seseorang (DNA) guna mendapatkan informasi tentang karakteristik fisik, risiko penyakit, asal usul, atau hubungan kekerabatan. 

Tes ini dapat membantu dokter mengidentifikasi penyakit genetik, memprediksi risiko penyakit tertentu, serta memberikan informasi untuk personalisasi perawatan kesehatan atau perencanaan keluarga.

Untuk itu, Lisa Mariana kini minta tes DNA ulang karena keberatan dengan hasil dari Bareskrim Polri. 

Lisa Mariana ngotot putrinya CA adalah darah daging Ridwan Kamil. 

Ia mengaku pernah berhubungan dengan mantan Gubernur Jawa Barat tersebut pada tahun 2021. 

Kamis (7/8/2025), putri Lisa Mariana dan Ridwan Kamil melakukan tes DNA di Bareskrim Polri. 

Hasil tes DNA tersebut, non identik atau tidak ada kecocokan antara CA dan Ridwan Kamil. 

Keberatan dengan hasil tersebut, Lisa Mariana meminta tes DNA ulang di Rumah Sakit (RS) Mount Elizabeth, Singapura. 

"Karena waktu itu di sini yang diperiksa adalah air liur dan darah," ujar Bertua Hutapea, kuasa hukum Lisa Mariana.

Baca juga: Usai Ngotot Punya Anak dari Ridwan Kamil, Lisa Mariana Kini Curhat Ditalak Suami: Udah Nggak Cinta

Jika permintaan soal second opinion tes DNA yang akan dilakukan lagi di Singapura dikabulkan, maka sampel DNA Lisa, CA dan Ridwan Kamil berupa rambut dan kuku akan ikut serta diuji.

"Kalau di Mount Elizabeth, Singapura bisa juga diperiksa dari kuku dan dari rambut," ungkapnya.

Atas hal itu, pendiri kantor hukum BERTUA and CO itu mengklaim dari hasil pemeriksaan sampel DNA berupa kuku dan rambut akan mendapatkan hasil yang lebih akurat.

"Sehingga akurasinya mungkin lebih tinggi," tukasnya.

Baca juga: Hotman Paris Sindir Lisa Mariana yang Minta Tes DNA Ulang dengan Ridwan Kamil: Lu Kira Bodoh

Menanggapi keinginan Lisa Mariana, pihak Ridwan Kamil menganggapnya sebagai sensasi.