Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Musim Anomali dan Langka, Probolinggo Berhasil Penen Perdana Bawang Merah Super

Terobosan menanam bawang merah di luar musim tanam akhirnya berbuat manis setelah sekian lama dilakukan.

Penulis: Galih Lintartika | Editor: Mujib Anwar
SURYA/GALIH LINTARTIKA
Panen perdana bawang merah dari Program Pengembangan Kawasan Bawang Merah di lahan Kelompok Tani Jaya Utama Desa Pondok Kelor Kecamatan Paiton, Probolinggo, Minggu (3/9/2017) siang. 

TRIBUNJATIM.COM, PROBOLINGGO - Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kabupaten Probolinggo untuk pertama kalinya memanen bawang merah dari Program Pengembangan Kawasan Bawang Merah, Minggu (3/9/2017) siang.

Panen perdana ini dilakukan di lahan Kelompok Tani Jaya Utama Desa Pondok Kelor Kecamatan Paiton dan dihadiri Kepala Bidang Tanaman Pangan dan Hortikultura DKPP Kabupaten Probolinggo Handaka Murwanta didampingi Ketua Kelompok Tani Jaya Utama Kusairi dan puluhan petani di desa setempat.

(Terungkap, Bus Indonesia Penyebab Maut Karambol di Kudus Masih Baru dan Remnya Tidak Blong, Lho Kok?)

Kepala DKPP Kabupaten Probolinggo Ahmad Hasyim Ashari melalui Kasi Tanaman Hortikultura Fajar Rahadiyanto mengatakan, program pengembangan kawasan bawang merah ini berasal dari dana APBN tahun 2017. 

Tujuannya menjaga ketersediaan bawang merah di luar musim tanam bawang merah.

“Program ini bertujuan menambah area bawang merah sebagai upaya antisipasi melonjaknya kebutuhan bawang merah ketika tidak musim tanam. Makanya diharapkan kelompok tani yang mendapatkan program ini melakukan penanaman di luar waktu musim tanam bawang merah,” ujarnya.

(Pesta Miras di Malam Takbiran, 1 Tewas, 1 Kritis, 9 Orang Nyungsep di IGD)

Menurut Fajar, tahun ini penerima program pengembangan kawasan barang merah mencapai 30 kelompok tani dengan total areal mencapai 150 hektar.

Mereka tersebar di Kecamatan Besuk, Sumberasih, Kotaanyar, Kraksaan, Bantaran, Leces, Tegalsiwalan, Dringu, Gending dan Paiton.

“Kendati demikian, penanamannya dilakukan di luar masa tanam bawang merah dan dibagi tiga musim. Yakni, 25 hektar pada bulan Mei hingga Juni, 55 hektar bulan Agustus dan 70 hektar pada bulan Oktober,” jelasnya.

(Aneh, Villa di Kota Batu Tak Pernah Bayar Pajak, Pemilik Harus Setor Upeti ke Paguyuban)

Dalam program ini, kata Fajar, setiap kelompok mendapatkan bantuan bibit sebanyak 1 ton per hektar dan pupuk organik cair sebanyak 16,67 liter per hektar. Serta, pestisida hayati dan insektisida.

“Ternyata hasilnya cukup bagus dan kualitas super," terangnya.

Hal ini dikarenakan lahannya baru pertama kalinya ditanami bawang merah. Sehingga tekstur tanahnya masih sangat bagus dan bibit penyakitnya masih sedikit.

Berbeda dengan tanah yang sudah bolak balik ditanami bawang merah. Tentunya bibit penyakitnya sudah sangat banyak.

Fajar menambahkan, program pengembangan kawasan bawang merah ini dilakukan untuk menambah area tanam bawang merah.

(Tiga Hari Hilang Usai Cuci Jeroan di Kali Brantas, Begini Kondisi Pria ini Saat DItemukan)

Selain itu, menjaga kestabilan bawang merah agar setiap bulan ketersediaan bawang merah itu selalu ada. Goalnya, menjaga harga bawang merah selalu terkontrol dan stabil

“Dengan luasan areal lahan yang sama, menanam bawang merah lebih menguntungkan jika dibandingkan dengan menanam tembakau. Biasanya saat panen, produksi tembakau cuma mencapai 1 ton. Berbeda dengan bawang merah yang produksinya bisa mencapai 10 ton,” tambahnya.

Dalam program ini terang Fajar, pihaknya tetap menggunakan varietas unggul Bawang Merah Biru Lancor.

“Diharapkan dengan program ini, pendapatan petani bawang merah meningkat dan kesejahteraannya bisa lebih baik,” harapnya. (Surya/Galih Lintartika)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved