Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Monyet -Monyet ini Mahir Memancing Kepiting di Taman Pendidikan Mangrove Bangkalan

Mereka datang secara bergerombol dari pesisir mangrove desa sebelah, Desa Lembung Pesisir, Kecamatan Sepulu.

Penulis: Ahmad Faisol | Editor: Yoni Iskandar
Surya/Ahmad Faisol
Kera berekor panjang pemancing kepiting melengkapi ekosistem satwa liar di Taman Pendidikan Mangrove Desa Labuhan, Kecamatan Sepulu, Bangkalan 

TRIBUNJATIM.COM, BANGKALAN - Taman Pendidikan Mangrove (TMP) Desa Labuhan, Kecamatan Sepulu, Bangkalan kini menjadi jujukan segerombolan monyet.

Tak hanya cerdik dalam memancing kepiting, monyet-monyet berekor panjang (long-tailed crab monkey) itu mampu dengan mudah membuka tutup minuman kemasan botol plastik milik pedagang makanan dan minuman.

Suasana alam di kawasan konservasi mangrove semakin terasa alami ketika kicauan merdu dari burung Rhipidura Javanica, Passer Montanus, Gerigone Sulphurea, dan Prinia SP bersautan terdengar menyambut datangnya fajar.

Populasi aneka burung lokal itu semakin lengkap dengan kehadiran ragam burung migran seperti Gajahan Pengala (Whimbrel Numenius/Phaeopus), Cerek (Plover, Charadrius SP), dan Trinil Kaki Merah (Common Redshank/Tringa Totanus).

Suasana semakin menakjubkan ketika muncul suara khas dari mulut-mulut kera saling bersahutan. Mereka datang secara bergerombol dari pesisir mangrove desa sebelah, Desa Lembung Pesisir, Kecamatan Sepulu.

"Kera-kera itu mulai terlihat sekitar pertengahan 2016. Mereka berdatangan mulai pukul 5 pagi. Sebentar saja, setelah itu menghilang ketika melihat pengunjung mangrove mulai datang," ungkap Sekretaris Kelompok Tani Cemara Sejahtera, Moh Sahril (46), Minggu (22/10/2017).

Perilaku alamiah kera-kera itu menjadi perhatian Sahril. Mereka melompat di antara ranting-ranting mangrove ketika air laut sedang pasang. Beberapa di antaranya menggendong anak sambil membawa makanan di mulutnya.

"Mereka bisa membuka tutup botol minuman hingga mengacak-acak sampah yang telah dikumpulkan. Tapi langsung lari ketika melihat orang," pungkas peraih Local Hero Pertamina 2016 Kategori Pertamina Hijau itu kepada Surya.

Pengembangan Taman Pendidikan Mangrove dipelopori Pertamina Hulu Energi West Madura Offshore (PHE WMO) di tahun 2014. Memiliki luas sekitar tujuh hektare. Seluas 3,5 hektare di antaranya telah ditanami 17 jenis mangrove.

Seperti jenis mangrove Sonneratia Alba (Prapat), Rizhophora Stylosa, Stenggi, Rhizopora Apiculata, Sonneratia Alba, Rhizophora Mucronata, Ceriops Tagal, dan Avicenna Marina. TMP Desa Labuhan ini kini menjadi kawasan konservasi di bawah pengawasan Badan Pengelola Hutan Mangrorve (BPHM) Wilayah I Bali.

Keragaman ekosistem yang terbentuk alamiah di TMP itu menarik perhatian PT Eco Sains Indonesia.Perusahaan di Gresik yang concern pada konservasi, pengelolaan lingkungan, dan pemberdayaan masyarakat.

Direktur PT Eco Sains, Agus Satriyono mengungkapkan, kehadiran satwa liar seperti kera, elang, dan aneka burung migran di kawasan mangrove merupakan suatu tatanan kesatuan secara utuh dan saling mempengaruhi antara segenap unsur lingkungan.

"Ekosistem nya sudah terbentuk. Tercipta hubungan timbal balik tak terpisahkan antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Itu keberhasilan sebuah upaya konservasi lahan pesisir," ungkap alumnus Fakultas MIPA Jurusan Biologi ITS Surabaya itu.

Sebelum menjadi lokasi penelitian mahasiswa dan dibuka untuk umum, tim ITS telah melakukan penelitian ekologi di sekitar kawasan TMP. Diketahui, kera-kera itu merupakan jenis long-tailed crab monkey atau kera berekor panjang pemancing kepiting.

Agus yang saat ini masih sering dijumpai di TMP Desa Labuhan menjelaskan, kera-kera telahnada sebelum kegiatan konservasi dilakukan. Itu karena, kawasan mangrove merupakan habitat dari long-tailed crab monkey.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved