Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Tak Terima Anaknya Meninggal, Dosen Keperawatan Laporkan RS Aisyah Siti Fatimah ke Polisi

Tak terima anaknya meninggal dunia saat dirawat di RS Aisyah Siti Fatimah Tulangan, Sidoarjo. Orang tua dengan geram lapor ke polisi.

Penulis: Irwan Syairwan | Editor: Mujib Anwar
SURYA/IRWAN SYAIRWAN
Pasangan Tety Rihardini (36) dan Yudi Purnomo (44) saat melaporkan pihak RS Aisyah Siti Fatimah Tulangan, Sidoarjo ke polisi, Senin (6/11/2017). 

TRIBUNJATIM.COM, SIDOARJO - Pasangan Tety Rihardini (36) dan Yudi Purnomo (44) melaporkan pihak RS Aisyah Siti Fatimah Tulangan, Sidoarjo ke polisi.

Laporan tersebut dilakukan lantaran warga Desa Kebaron, Tulangan, ini merasa pihak RS harus bertanggung jawab atas kematian putra mereka, Ahmad Ahza Zadittaqwa (1,5), ketika dirawat di rumah sakit tersebut.

Tety mengatakan ia merasa pihak rumah sakit teledor dan menelantarkan anaknya hingga tak mendapatkan perawatan semestinya.

"Anak pertama saya kemudian meninggal dan pihak rumah sakit tak mau bertanggung jawab," ujarnya, saat ditemui di SPK Polresta Sidoarjo, Senin (6/11/2017) sore.

Usut Tuntas Tewasnya Mahasiswa UTM Peserta Diklat Menwa, Polisi Bidik Panitia dan . . .

Menurut Tety, anaknya sakit pada Selasa (24/10/2017) lalu dan dibawa ke rumah sakit tersebut. Anaknya mengalami panas, flu, dan muntah-muntah.

Saat tiba di rumah sakit, anaknya dirawat di IGD. Karena tak kunjung membaik setelah tiga jam dirawat, pihak rumah sakit memasukan anak Tety ke ruang perawatan kelas satu.

Tety yang juga dosen keperawatan di sebuah kampus di Surabaya ini, menjelaskan, penanganan medis anaknya di ruang perawatan juga terkesan asal-asalan. Ia bahkan mendapati selang infus anaknya lepas.

Beberapa jam di ruang ini, anaknya semakin menunjukan gejala kritis. Bibir dan lidahnya kaku dan membiru. Namun tak ada penanganan oleh dokter.

Meninggal Selasa Kliwon, Makam Orang ini Dijaga Ketat Polisi dan Warga 7 Malam, Demi Jimat dan . . .

Saking paniknya, dia sampai berteriak-teriak di rumah sakit karena tak ada penanganan medis memadai yang dilakukan kepada anaknya.

"Saya sudah katakan ke perawat, anak saya ini alergi obat. Tapi malah diberi injeksi antibiotik dengan alasan untuk menghilangkan muntah-muntah. Anak saya jadi semakin kritis," ungkapnya.

Akhirnya, Tety mengetahui ada seorang dokter spesialis anak di rumah sakit tersebut. Namun, dokter itu sedang melayani praktek pribadi di ruang bawah rumah sakit.

Anaknya yang sudah di batas ajal harus dibawa ke ruangan dokter itu praktek.

Korban Lakalantas Tak Bertuan, Makam Duta Pariwisata ini Dibongkar, Begini Kasusnya

Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved