Cerita Pasukan Tank Belanda yang ‘Mendadak’ Takut pada Sri Sultan Hamengkubuwono IX, Kenapa Ya?
Setiap raja yang bertakhta di Keraton Yogyakarta konon selalu memiliki linuwih (kelebihan) dan kadang sering mengetahui.
TRIBUNJATIM.COM - Setiap raja yang bertakhta di Keraton Yogyakarta konon selalu memiliki linuwih (kelebihan) dan kadang sering mengetahui apa yang akan terjadi.
Salah satu Raja Yogyakarta yang terkenal “sakti” adalah Sri Sultan Hamengkubuwana IX.
Suatu saat, ia berhasil mengusir pasukan tank Belanda yang akan memasuki keraton pada 1 Maret 1949.
Hari itu bertepatan dengan serangan militer dadakan di Yogya yang dikenal sebagai Serangan Umum 1 Maret. Tentara Belanda yang sempat terpukul mundur segera mendatangkan pasukan lapis baja.
Pasukan tank itu datang dari Semarang dan sebagian langsung menuju keraton.
Saat itu, intel Belanda curiga bahwa HB IX terlibat dalam serangan dadakan yang mengguncang dunia internasional itu.
Ketika tiba di depan pintu gerbang keraton yang tertutup, pasukan tank Belanda mengancam akan melakukan pendobrakan jika pintu gerbang tidak segera dibuka.
Melalui suatu proses tata cra keraton, Sultan HB IX akhirnya memerintahkan pintu gerbang dibuka dan masuklah komandan pasukan tank Belanda dengan congkaknya.
Pimpinan pasukan tank Belanda itu ternyata seorang insinyur lulusan Universitas Delft dan para anak buahnya adalah pemuda-pemuda Belanda yang masih di bawah umur.
Tapi ketika komandan pasukan itu berada di hadapan Sultan HB IX, nyalinya ternyata langsung menciut.
Dalam pertemuan antara pimpinan pasukan tank Belanda dan Sultan HB IX, Raja Yogyakarta yang sangat fasih berbahasa Belanda itu segera menang wibawa dan langsung bisa menguasai keadaan.
Sultan lebih unggul karena bukan kesaktiannya, melaikan adanya suatu kebiasaan lama yang telah berakar di negeri Belanda.
Sultan yang pernah belajar di Universitas Leiden, Belanda, ternyata memiliki posisi lebih unggul karena kampus tersebut merupakan kampus tertua.
Oleh karena itu alumni atau mahasiswa universitas lain seperti Delft tidak mungkin berbicara sembarangan.
Tradisi yang mendarah mendaging pada komandan pasukan Belanda itulah yang membuat dia merasa segan dan berbicara penuh hormat ke Sultan HB IX.