Kualitas Air Buruk Picu Pemadaman Listrik, Begini Penjelasan PLN
Pemadaman listrik bergiliran ternyata dipicu oleh kualitas air yang buruk, hingga memicu keresahan pelanggan.
Penulis: David Yohanes | Editor: Mujib Anwar
TRIBUNJATIM.COM, TULUNGAGUNG - PT Pembangkit Jawa Bali (PJB) PLTA Tulungagung mengaku sangat terpengaruh dengan buruknya kualitas air sungai di Tulungagung.
Terutama Sungai Parit Raya dan Parit Agung yang menjadi air baku untuk memutar turbin PLTA Niyama, di Desa/Kecamatan Besuki.
Diungkapkan Kepala PLTA Tulungagung Gatot Suprihadi, selama ini sedimen yang terbawa air sangat pekat.
Air penuh tanah ini kemudian masuk ke dalam pembangkit.
Akibatnya mesin cepat panas, dibanding jika menggunkan air yang bersih.
"Kalau mesinya panas, daya yang dihasilkan juga berkurang. Kita rugi," terang Gatot, Selasa (20/3/2018).
Pekatnya tanah yang terbawa air ini juga turut mengurangi usia peralatan pembangkit listrik.
Yang lebih mengganggu, mesin harus sering-sering dimatikan untuk pembersihan di bagian pendingin.
Dengan mematikan operasional mesin, maka berpotensi pemadaman listrik secara bergilir.
Karena itu menurut Gatot, harus ada upaya untuk menjaga kualitas air.
"Makanya kami berkomitmen, setiap tahun menyisihkan dana untuk konservasi," ungkap Gatot.
Lanjut Gatot, dari tahun ke tahun kualitas air di Parit Agung dan Parit Raya semakin menurun.
Gatot mencotohkan, tahun 1990-an air yang masuk ke pembangkit sangat bening dan minim sedimen.
Selain itu jika hujan satu hari saja, maka selama tujuh hari berikutnya air masih terus tersedia.
"Kalau sekarang sekali hujan, hari itu juga semua air langsung mengalir ke laut," tuturnya.