Ini Profil Mahasiswa yang Picu Lenyapnya Duit Facebook sampai Rp 825 Triliun dalam Tiga Hari
Wylie mengaku menyesal terjerumus dalam skandal pencurian data pribadi puluhan juta data pribadi pengguna Facebook.
TRIBUNJATIM.COM - Dalam pekan ini perhatian media internasional tertuju pada Christopher Wylie (28), atau akrab disapa Wylie.
Wylie adalah whistleblower alias pembisik, atau lebih tepatnya pembocor skandal pencurian data personal pengguna Facebook oleh firma analisis data, Cambridge Analytica, bekas tempatnya bekerja.
Akibat bocornya skandal ini, nilai saham Facebook tergerus signifikan sejak Jumat (16/3/2018).
Menurut Bloomberg sampai penutupan perdagangan pada Selasa (20/3/2018) telah penurunan itu mencapai 60 miliar dollar AS atau setara Rp 825 triliun.
Wylie diketahui mulai bekerja di Cambridge Analytica pada 2014.
Berkat bakat briliannya dalam pemrograman dan ilmu data, ia didapuk sebagai kepala peneliti Cambridge Analytica.
Sebelumnya, Wylie bekerja untuk Alexander Nix, di Strategic Communication Laboratories (SCL), yang merupakan lembaga spesialis pemilu.
Pada pertengahan 2013, Wylie bertemu dengan Steve Bannon, editor BreitBart News Networking yang kemudian menjadi CEO tim kampanye Donald Trump pada pemilu Amerika Serikat (AS) tahun 2016.
Bannon juga sempat menjabat sebagai konselor senior Presiden Trump.
Bannon, yang tengah menyiapkan kampanye Donald Trump kala itu, menjadi target Nix.
Nix sadar betul jika Bannon merepresentasikan dirinya sebagai orang intelektual, sehingga Nix merasa perlu merepresentasikan lembaganya seperti Bannon.
Ia kemudian membuat kantor palsu di Cambridge, mendatangkan rombongan dari London setiap Bannon berkunjung, demi mengesankan Bannon jika lembaga mereka beroperasi berlandaskan akademisi.
Lalu kantor itulah yang kemudian menjadi markas Cambridge Analytica.
Dalam sebuah wawancara dengan The Guardian, Wylie mengaku bertemu dengan Robert Mercer bersama Bannon dan Nix.
Wylie mengaku bahwa Bannon merayu Robert Mercer, salah satu miliarder AS, untuk mau berinvestasi.