Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Kampung Bunga dan Kebuh Teh Jadi Andalan Baru Wisata di Probolinggo

Tempat wisata baru terus dikembangkan oleh Kabupaten Probolinggo untuk mendongkrak perekonomian warga.

Penulis: Galih Lintartika | Editor: Mujib Anwar
SURYA/GALIH LINTARTIKA
Kebun Teh di Gunung Gambir Kabupaten Probolinggo yang akan dijadikan tempat wisata andalan oleh Pemkab setempat. 

TRIBUNJATIM.COM, PROBOLINGGO -  Probolinggo memiliki tempat wisata baru. Apa itu ? Kebun Teh di Desa Andung Biru, Kecamatan Tiris, Kabupaten Probolinggo.

Ini merupakan salah satu wisata yang sedang digarap dan dikembangkan Pemkab Probolinggo.

Eksotika keindahan kebun teh ini sangat menjanjikan. Berada di ketinggian. Udaranya sangat sejuk dan alami.

Kebun teh ini diperkirakan memiliki luasan sekitar 183,49 hektar. Di tengahnya, terdapat sebuah perkampungan warga, dimana masing-masing halaman depan rumahnya, terdapat beragam jenis bunga yang sengaja ditanam dan dipelihara. Mulai dari bunga Matahari, Mawar dan jenis lainnya.

Perkampungan ini disebut sebagai kampung bunga. Kampung bunga ini masuk dalam satu wilayah kebun teh. Kampung bunga ini menjadi favorit wisatawan karena warnanya yang menyala.

Selain kampung bunga, rumah-rumah di sini juga dicat berwarna. Ada hijau, kuning, merah dan sebagainya. Konsep inilah yang membuat banyak wisatawan kepincut untuk selalu mengabadikan momen saat berkujung di sana. Ada yang selfie, wefie, dan sebagainya.

Sepintas, kampung ini serupa dengan kampung warna - warni di Malang. Bedanya, kampung bunga ini berada di ketinggian.

Sekadar informasi, kampung bunga, ini ada sejak tahun 2010 lalu. Totalnya, ada 150 KK yang rumahnya dilengkapi dengan aneka bunga.

Dari kejauahan, perpaduan kebun teh dan rumah warna - warni ini menjadi suatu komposisi yang apik. Enak dipandang dan sangat elok untuk dinikmati. Cocok untuk alternatif wisata yang jenuh dengan suasana kota.

Kebun Teh yang berada di Gunung Gambir ini tak sekadar menjadi destinasi wisata semata. Kebun teh ini juga menjadi sumber perekonomian masyarakat sekitar.

Ada sekitar 250 warga sekitar yang bekerja dan menggantungkan hidupnya di kebun teh milik PTN XII PERSERO itu, dan menjadi buruh petik teh. Para pemetik teh itu mampu mengasilkan hingga 30 kilogram teh setiap harinyam

"Dua minggu sekali, saya mendapatkan upah Rp. 250.000 upah petik. Itu akumulasi mas, kalau perharinya saya dapat sekitar Rp 20.000 hasil dari mengumpulkan petikan 20 sampai 30 kilogram mas," kata Anita.

Selain juga, ada masyarakat yang bekerja sebagai pengangkat hasil teh untuk diimpor ke luar daerah. Suheri (32), warga setempat, setiap hari bisa menerima upah Rp 54.000 dari hasil kerjaannya.

"Jadi setelah dipetik, teh yang panen ditimbang disini, baru dikemas. Hari ini, teh hasil panen akan diimpor ke pabrik teh di Wonosari Malang," jelasnya.

Saat ini, kebun teh dan kampung bunga yang berwarna ini masih dalam pengembangan. Hasil kunjungan wisatawan ini menjadi pemasukan desa.

"Hasil dari kunjungan ini akan dikumpulkan dan akan digunakan untuk membangun dan mengembangkan wisata desa ini. Jujur saja, warga di sini, memang bergantung dengan kebun teh ini," tegasnya. (Surya/Galih Lintartika)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved