Peringati Nuzulul Quran, Lapas Lowokwaru Malang Undang Mantan Napi Teroris Isi Materi Pengajian
Bertepatan dengan Nuzulul Quran, puluhan tahanan Lembaga Pemasyarakatan Klas 1 Lowokwaru Malang menggelar acara pengajian, Selasa (5/6/2018).
Penulis: Ayu Mufidah Kartika Sari | Editor: Dwi Prastika
Laporan Wartawan TribunJatim.com, Ayu Mufidah KS
TRIBUNJATIM.COM, MALANG - Bertepatan dengan Nuzulul Quran, puluhan tahanan Lembaga Pemasyarakatan Klas 1 Lowokwaru Malang menggelar acara pengajian, Selasa (5/6/2018).
Pengajian ini rutin digelar selama bulan Ramadan, khususnya bagi para tahanan yang berstatus sebagai anggota pesantren At Thaubah.
Menariknya, Kepala Lapas Lowokwaru dan petugas lainnya mengundang mantan tahanan Abdurrahman Taib sebagai pembicara.
Baca: Ukur Efektivitas dan Kesejahteraan Masyarakat, Pemkot Malang Evaluasi Kerja Lima Kecamatan
Mantan narapidana kasus terorisme di Palembang itu berkesempatan membagi pengalamannya saat menjadi teroris hingga akhirnya bebas dari hukuman.
Kepala Lapas Lowokwaru, Farid Junaedi, mengungkapkan sengaja mengundang pembicara mantan narapidana terorisme sebagai materi pengajian kali ini.
Sebab, isu terorisme di Indonesia belakangan ini cukup menyita banyak perhatian.
Terutama di wilayah Jawa Timur, di mana Kota Surabaya sempat dihebohkan dengan kasus bom yang meledak di berbagai tempat.
Baca: Maknai Bulan Ramadan Penuh dengan Keberkahan, Gelandang Muda Arema FC Ini Mengaku Makin Religius
"Jujur, saya sangat miris dengan kejadian kasus bom di Surabaya. Saya khawatir orang banyak yang tidak mengerti soal jihad. Makanya saya datangkan orang yang pernah 'berjihad' dan kini sudah kembali ke NKRI," kata Farid.
Farid mengatakan, tema jihad yang diusung pada pengajian ini menjadi bekal yang baik bagi para narapidana yang ada di Lapas Lowokwaru.
Menurutnya, isu jihad yang dipandang salah oleh segelintir orang bisa menjadi ancaman para tahanan yang akan keluar.
Baca: Ahed Tamimi, Gadis yang Berani Lawan Tentara Israel dan Disebut Simbol Baru Perlawanan Palestina
Oleh sebab itu, berbagi pengalaman dari Abdurrahman Taib diharapkan bisa membuka wawasan narapidana untuk tidak mudah terbujuk dengan nama jihad.
"Saya khawatir para napi tidak tahu apa itu jihad. Kemudian akan mudah terprovokasi dan hanyut. Makanya saya datangkan jauh-jauh dari Palembang untuk menyampaikan apa sebenarnya jihad dan bagaimana berjihad. Jangan sampai orang-orang jadi salah pengertian jihad," jelasnya.