Sudah Lewati Masa Kelam, Mantan Napi Teroris Palembang ini Ceritakan Awal Mula Keterlibatannya
Abdurrahman Taib menceritakan soal masa lalunya kala menjadi anggota jaringan teroris, Selasa (5/6/2018).
Penulis: Ayu Mufidah Kartika Sari | Editor: Dwi Prastika
Laporan Wartawan TribunJatim.com, Ayu Mufidah KS
TRIBUNJATIM.COM, MALANG - Abdurrahman Taib menceritakan soal masa lalunya kala menjadi anggota jaringan teroris, Selasa (5/6/2018).
Dalam tausiyahnya di hadapan narapidana Lapas Lowokwaru, Malang, Taib menceritakan masa kelamnya saat 'berjihad' dengan melakukan aksi teror di Palembang pada tahun 2008.
Taib mengungkapkan awal keterlibatannya dalam jaringan teroris dari warga asing asal Singapura.
Kala itu, Taib sedang mencari ilmu agama sebagai bekal kehidupannya sebagai umat muslim.
Baca: Peringati Nuzulul Quran, Lapas Lowokwaru Malang Undang Mantan Napi Teroris Isi Materi Pengajian
Dari perkenalan tersebut, Taib diajarkan soal ilmu jihad yang belum pernah ia dapatkan sebelumnya.
"Dia menjelaskan ke saya masalah jihad saat kondisi saya tidak punya bekal ilmu jihad. Dalam kondisi kurang ilmu jihad, saya diajarkan. Akibatnya, apa yang dia sampaikan, saya tidak pernah membantah," kata Taib, Selasa (5/6/2018).

Tanpa menyadarinya, Taib sedikit demi sedikit mendapat doktrin untuk melakukan jihad.
Berbeda dengan jihad yang semestinya, Taib diminta untuk membunuh warga asing yang diyakini telah menjadi antek untuk memerangi kaum muslim di Suriah dan Palestina.
Baca: Tak Hanya Via Vallen, 7 Artis Cantik ini Pernah Jadi Korban Pelecehan, No 6 Juga Lewat Media Sosial
"Niat kami adalah untuk menyingkirkan orang-orang asing. Karena mereka adalah suruhan Amerika yang berusaha menyingkirkan saudara kita di Suriah dan Palestina," ungkap Taib.
Tidak hanya itu, usai mendapat ilmu jihad, Taib dan anggotanya menilai Indonesia tidak lagi sebagai negara mayoritas umat muslim.
Tapi sebagai negara yang tidak menjalankan syariat Islam dan mengganggap pemerintah Indonesia membantu kaum kafir.
Baca: Ukur Efektivitas dan Kesejahteraan Masyarakat, Pemkot Malang Evaluasi Kerja Lima Kecamatan
"Dari presiden hingga polisi dan petugas lapas pun, kami anggap sebagai kaum kafir. Itu yang selama ini kami yakini," jelas pria kelahiran Lampung ini.
"Tapi ternyata yang selama ini kami yakini itu tidaklah semuanya benar. Jihad ini diwajibkan tapi dengan cara dan waktu yang tepat. Kalau cara dan waktunya tidak tepat, maka jangan dilaksanakan," tutupnya.