Ramai Diperbincangkan Soal 'Bukan Produk Susu', Ternyata Begini Sejarah Pembuatan Susu Kental Manis
Dalam sejarahnya, teknologi pembuatan susu kental manis dimulai pada abad ke-19 di Perancis dan Amerika Serikat.
TRIBUNJATIM.COM - Masyarakat Indonesia tentu tak asing lagi dengan Susu Kental Manis (SKM).
SKM begitu populer di kalangan masyarakat karena murah, enak dan praktis.
Baru-baru ini, kandungan dalam produk ini pun mulai dipertanyakan apakah baik untuk konsumsi sehari-hari.
SKM pun menjadi bahan perbincangan banyak orang.
Baca: Tak Boleh Pakai Kata “Susu”, Inikah Sebutan Baru untuk Susu Kental Manis?
Dalam sejarahnya, teknologi pembuatan susu kental manis dimulai pada abad ke-19 di Perancis dan Amerika Serikat.
Gail Borden Jr. mencetuskan ide untuk menambahkan gula dan mengurangi air pada susu hingga mencapai tingkat kepekatan tertentu, agar bisa disimpan dalam waktu yang lebih lama.
Produk ini pun sukses diterima masyarakat dan dikonsumsi secara rutin oleh kalangan tentara di era Perang Sipil Amerika.
Di Indonesia sendiri, SKM sudah eksis sejak 1922 berupa produk impor dari Belanda.
Ketua Gabungan Koperasi Susu Indonesia, Dedi Setiadi mengatakan pabrikan SKM hingga saat ini bekerja sama dengan peternak sapi lokal untuk menghasilkan bahan baku mereka.
Baca: Nasib Dorce Gamalama Sekarang hingga Kesedihan Ibu Bowo Alpenliebe, Artis Tik Tok yang Kini Viral
Bukan Produk Susu
Badan POM mengeluarkan pernyataan, SKM tidak termasuk dalam kategori produk susu.
Dalam surat edaran bernomor HK.06.5.51.511.05.18.2000, lembaga itu mengimbau masyarakat bijak dalam mengonsumsinya.
SKM tak bisa disetarakan dengan produk susu lain yang dijadikan pelengkap gizi dan nutrisi anak, seperti susu sapi, susu disterilisasi, susu yang dipasteurisasi, dan susu formula.
Ahli gizi Winda Ekayanti menerangkan, susu kental manis lebih banyak mengandung gula dibandingkan protein dan kalsium, sehingga tak dianjurkan untuk dikonsumsi dalam bentuk minuman.
"Gula yang terkandung bisa mencapai 43-48 % dari total kalori, jauh bila dibanding susu pertumbuhan lain yang rata-rata hanya 16-18 %. " katanya kepada Tribunnews.com, Kamis (5/7/2018).
Baca: Inikah Bukti Hubungan Ayu Ting Ting dan Nagita Slavina Baik-Baik Saja? Simak Pengakuan MUA Ini