Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Ombak Besar dan Memakan Korban, Nelayan Puger Jember Tetap Nekat Melaut, Begini Alasannya

Ombak ganas perairan Pancer, Kecamatan Puger, Kabupaten Jember memakan korban pada Kamis pagi (19/7/2018).

Penulis: Erwin Wicaksono | Editor: Edwin Fajerial
SURYA/ERWIN WICAKSONO
Nelayan Puger terlihat masih tetap melaut, meski kondisi perairan dilanda angin cukup kencang dan gelombang laut yang tinggi, Jumat sore (20/7/2018) 

TRIBUNJATIM.COM, JEMBER - Ombak ganas perairan Pancer, Kecamatan Puger, Kabupaten Jember memakan korban pada Kamis pagi (19/7/2018).

Kapal nelayan bernama "Joko Berek" tak kuasa menahan hantaman ombak yang begitu menggila pagi itu.

Akibatnya 7 orang ditemukan tewas, 13 orang selamat dan 2 orang masih dinyatakan hilang dan masih terus dilakukan penelusuran hingga saat ini Jum'at (20/7/2018). Bahkan pihak Basarnas mengakui bahwa kondisi ombak yang besar belum

"Ombak besar dan angin kencang sulitkan kita lakukan penyisiran, kami masih koordinasi saat soal keterlanjutannya," terang Rudi Prahara, selaku Dansru Basarnas.

Ternyata kondisi tersebut bukan menjadi masalah bagi nelayan Puger yang lainya, sampai hari ini selepas insiden kemarin, masih terlihat kapal nelayan yang berangkat saling berganti untuk menangkap ikan.

Korban Hilang Kapal Nelayan Terbalik di Jember Sisa 2 Orang, Tim SAR Bagi 3 Area Pencarian

Para nelayan nekat menembus ombak dengan ketinggian kurang lebih hampir dua meter.

Di balik itu semua,  ternyata alasan demi mendapatkan "sesuap nasi" dan membayar hutang ke juragan ikan menjadi alasan utama nelayan nekat pergi melaut.

"Kemarin waktu mendengar kapal joko berek kena ombak ya ada takutnya melaut,  tapi sudah tuntutan, gak melaut makan apa kita anak istri saya makan apa, apa pemerintah mau kasih ya enggak,  kita para nelayan juga terkadang sampai utang sama juragan, solusinya cuma nekat melaut tidak ada pilihan lagi," terang nelayan bernama Adit (45), Jumat sore (20/7/2018).

Berdasarkan pantuan, nelayan setempat ketika melaut memang tidak menggunakan peralatan keselamatan pribadi. Hanya bermodal nekat, mereka pergi melaut demi lembaran uang dengan bertaruh nyawa di tengah ganasnya ombak lautan.

"Teman-teman itu cuma apa ya udah kebiasaan seperti itu pak,  jadi kosongan (tidak memakai peralatan keselematan) seadanya,  nekat pak seperti naluri sudah," tambah Adit.

Kapal Nelayan Terbalik Kena Ombak di Jember, BMKG Mengaku Sudah Beri Peringatan Sepekan Sebelumnya

Sementara itu, Rudi Prahara selaku Dansru Basarnas menjelaskan sudah melakukan pembicaraan dengan pihak Polair , Polsek serta nelayan setempat mengenai larangan melaut, namun tampaknya himbauan itu belum cukup "taring" atau menyadarkan para nelayan.

"Sudah mas, kita sudah kemarin sempat ngobrol ringan dengan rekan polair dan polsek, sudah ada imbauan, tapi tampaknya belum cukup taring untuk melarang mereka melaut," terang Rudi ketika memberi konfirmasi Jumat (20/7/2018).

Rudi berharap kejadian ini tidak terulang lagi, dan menghimbau kepada nelayan untuk "sadar" keselamatan ketika melaut.

"Semoga tidak ada lagi kejadian yang serupa,  semoga nelayan sadar soal himbau kita,  itu demi keselamatan," pungkasnya. (Surya/Erwin Wicaksono)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved