Pusat Studi Peradaban Universitas Brawijaya Malang Usulkan Adanya Museum Keris Nusantara
Pusat Studi Peradaban (PSP) Universitas Brawijaya (UB) Malang mengusulkan kampus memiliki museum keris nusantara.
Penulis: Sylvianita Widyawati | Editor: Ani Susanti
TRIBUNJATIM.COM, MALANG - Pusat Studi Peradaban (PSP) Universitas Brawijaya (UB) Malang mengusulkan kampus memiliki museum keris nusantara.
Hal tersebut karena sejauh ini belum ada perguruan tinggi yang punya perhatian pada riset keris.
"Keris sering dianggap mistis hingga derajat ke musyrik. Semoga pandangan itu keliru. Bahkan keris Indonesia telah diakui oleh UNESCO" jelas Jazim Hamidi, Wakil Ketua PSP UB saat membuka seminar keris nusantara di Gedung Widyaloka, UB, Senin (15/10/2018).
Sebelumnya telah ada museum batu mulia yang ada di lantai 1 gedung rektorat UB, meski tidak terlalu besar.
Koleksinya antara lain dari hibah kolektor.
• Viral Penjual Tahu Keliling Pakai Jas-Dasi di Bogor, Jadi Idola Emak-emak, Disebut Mirip Direktur!
Rektor UB, Nuhfil Hanani merespons positif keinginan tersebut.
Namun, ia menyarankan agar khusus keris masa Kerajaan Majapahit.
"Brawijaya adalah nama Raja Majapahit. Sebaiknya ya keris-keris spesifik zaman Majapahit atau spesifik Jawa Timur," kata Nuhfil.
Ia juga memberi tantangan pada PSP agar membuat konferensi internasional tentang keris pada tahun depan.
Hal ini senyampang dengan permintaan Menrisrekdikti agar UB menjadi universitas kelas dunia.
"Saya ingin dari 22 pusat studi di UB, satu saja bisa menggelar kegiatan internasional. Misalkan tentang keris," papar Nuhfil.
• Deretan Balasan Akun Twitter Nikita Mirzani di Cuitan Fadli Zon, Termasuk Beraninya Ngetwit Doang
Nuhfil menambahkan, ini bisa dilakukan PSP karena diyakini bisa dijual.
Sehingga peserta internasional tertarik datang ke UB.
"Kalau konferensi internasional bioteknologi, pasti kita kalah dengan perguruan tinggi dari negara lainnya," jelasnya.
• Cobaan Beruntun Ibunda Roro Fitria Sebelum Meninggal, Anak Masuk Penjara hingga Kecurian Rp 3 Miliar
Sementara itu, Unggul Sudrajat, peneliti dari Pusat Kebijakan Kebudayaan, Balitbang, Kemendikbud yang hadir sebagai narasumber menyatakan, keris diakui UNESCO PBB pada 25 November 2005.