Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Rumah Politik Jatim

Kiai Afifuddin Situbondo: Kiai Berpolitik untuk Kawal Negara Agar Tak Salah Langkah

Kiai Afif menilai, keterlibatan kiai dan santri dalam politik boleh saja, karena mengawal politik dan agama hukumnya wajib.

Penulis: Fatimatuz Zahroh | Editor: Adi Sasono
TRIBUNJATIM.COM/FATIMATUZ ZAHROH
KH Afifuddin Muhajir, Pengasuh Pondok Pesantren Salafiyah Syafi`iyyah Sukorejo Situbondo (dua dari kiri) dan Kiai Asep Syaifuddin Chalim saat deklarasi JKSN Malaysia untuk Jokowi-Kiai Ma'ruf, Minggu (21/10/2018). 

TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Banyaknya pro dan kontra soal kiai dan pesantren yang terlibat memberikan dukungan dalam politik cukup menjadi pembicaraan di tahun politik 2018-2019.

Banyak yang menilai bahwa agama dan politik tidak boleh dicampuradukkan.

Namun KH Afifuddin Muhajir, Pengasuh Pondok Pesantren Salafiyah Syafi`iyyah Sukorejo Situbondo, menolak tanggapan itu.

Pria yang tergabung dalam Jaringan Kiai Santri Nasional (JKSN) mendukung Jokowi-Kiai Ma'ruf ini mengatakan pandangan itu harus diluruskan.

Berkunjung ke Jatim, Sandiaga Uno Bawa Semangat Resolusi Jihad ke Dalam Pasar

"Yang perlu diluruskan pesantren dijadikan sarana politisasi agama itu hukumnya haram. Tapi pesantren mengawal politik dengan agama itu hukumnya wajib," kata Kiai Afif, Senin (22/10/2018).

Begitu juga Nahdlatul Ulama. Menggunakan NU sebagai alat kepentingan politik menurutnya adalah hal yang haram.

Tapi ia menegaskan NU wajib mengawal politik supaya ke depan negara dan politik yang digunakan dalam negara tidak keliru.

"Menjadikan kiai untuk kepentingan tertentu itu haram. Tapi kiai wajib mengawal politik. Agar negara tak salah langkah," ucapnya.

Gus Ipul : Santri Harus Bisa Tingkatkan Perannya di Bidang Ekonomi Keumatan

Lebih lanjut Kiai Afif mengatakan dalam memilih calon pemimpin ada yang harus diperhatikan.

Jika calon pemimpinnya muslim, maka dilihat bagaimana salatnya. Apakah mendirikan salat atau tidak.

"Kalau salatnya tidak baik lalu apa yang bisa diharapkan. Tipe orang itu ada tiga, orang yang diketahui baiknya, orang yang diketahui buruknya, dan orang yang tidak diketahui baik buruknya," ucapnya.

Untuk bisa menilai, kata Kiai Afif, maka harus dilihat bagaimana kesehariannya.

Lalu bagaimana dengan calon presiden 2019? Menjawab itu Kiai Afif mengaku berteman dengan kedua calon presiden dalam Pilpres 2019.

"Keduanya adalah teman saya, yang satunya saya tahu dia salat. Yang satunya saya belum pernah lihat dia salat," ucap kiai yang dikenal tinggi keilmuannya ini.

Dimeriahkan Penyanyi Opick, Peringatan Hari Santri di Banyuwangi Berlangsung Istimewa

Menurutnya, menjadi tim sukses hukumnya bisa boleh dan bisa tidak boleh. Tepatnya tidak boleh kecuali bagi mereka yang yakin calon yang didukung itu lebih baik daripada calon lain.

Sumber: Surya
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved