Sehari Pemakaian Sedotan di Indonesia Tembus 93 Juta Batang, KFC Buat Gerakan Nowstrawmovement
Sehari pemakaian sedotan di Indonesia tembus 93 juta batang, KFC membuat Gerakan Nowstrawmovement.
Penulis: Sudarma Adi | Editor: Mujib Anwar
TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Keberadaan sampah sedotan plastik di Indonesia masih mengkhawatirkan, karena jenis ini menduduki peringkat kelima penyumbang sampah plastik di dunia.
Untuk itu, KFC Indonesia perlu menggenjot pencanangan gerakan #Nostrawmovement yang dimulai 2017 dan sejak Mei 2018 menjadi gerakan nasional di 630 gerai KFC, termasuk di Surabaya.
Outreach Specialist Divers Clean Action (DCA) Amrullah Rosadi menguraikan, dari data Kementrian Lingkungan Hidup, sekitar 70 persen sampah plastik di Indonesia dapat dan telah didaur ulang oleh pelaku daur ulang.
Tapi tak demikian dengan sedotan, dimana karena nilainya rendah dan sulit didaur ulang maka tak ada pelaku daur ulang yang bersedia mengambil.
“Rata-rata setiap orang menggunakan sedotan sekali pakai sebanyak 1-2 kali setiap hari, dan perkiraan pemakaian sedotan di Indonesia setiap harinya mencapai 93.244.847 batang yang berasal dari restoran, minuman kemasan dan sumber lain (packed straw),” jelasnya di KFC Basuki Rahmat, Jumat (2/11/2018).
Sedotan sekali pakai umumnya berbahan plastik tipe polypropylene yang tahan lama, tapi tak terdegradasi secara alami. Ini makin lama menjadi butiran kecil yang disebut mikroplastik yang sangat berbahaya bagi ekosistem laut dan kemudian dikonsumsi manusia.
“Polypropylene adalah bahan yang sangat berbahaya bagi tubuh. Tentu fakta ini sangat mengkhawatirkan dan harus bergerak melakukan suatu perubahan,” ujarnya.
Dari sini, General Manager Marketing PT Fast Food Indonesia, Hendra Yuniarto menjelaskan, gerakan ini adalah komitmen dan kepedulian perusahaan terhadap lingkungan, dimana konsumen peduli kepada keselamatan laut dan kehidupannya dengan menolak sedotan plastik sekali pakai, saat memesan minuman di restoran KFC atau dimanapun mereka menikmati minuman.
Sejak ada gerakan Nostrawmovement pada 233 gerai KFC di wilayah Jabodetabek sejak akhir 2017, pemakaian sedotan plastik di gerai KFC secara bertahap mengalami penurunan hingga 45 persen di setiap gerainya.
Lalu sejak dicanangkan sebagai gerakan nasional pada Mei 2018 lalu, KFC telah menurunkan pemakaian sedotan secara bertahap. Sampai akhir tahun ini, KFC menargetkan penggunaan sedotan akan turun hingga 54 persen di 630 gerai di seluruh Indonesia, termasuk Surabaya.
"Dengan jadi gerakan nasional KFC Indonesia, kami berharap bisa semakin mengurangi penggunaan sedotan plastik dan berkontribusi dalam penyelamatan laut Indonesia,” tegasnya.
Sedangkan untuk pengganti sedotan plastik, KFC Indonesia sebenarnya punya beberapa alternatif bahan pengganti, seperti dari kertas, bambu, kaca, ganggang dan umbi. Namun tiap bahan ini punya kendala masing-masing, sehingga belum ada bahan pengganti yang pas terhadap sedotan plastik. “Makanya, setelah gerakan ini, tahun depan kami menginisiasi gerakan konsumen yang menolak sedotan plastik,” tegasnya.
Sedangkan seorang konsumen KFC Indonesia, Alfi Inayah (23), warga Gresik mengaku mengapresiasi positif adanya gerakan ini. Dia menilai ini gerakan positif dan bisa mengurangi sampah plastik. Hanya saja, dia berharap KFC memberi alternatif pengganti sedotan plastik.
“Kalau bisa sedotan dari bahan ramah lingkungan. Karena bagaimanapun, konsumen tetap butuh sedotan untuk minuman dingin,” pungkasnya. (Sudarma Adi)