Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Pembatik Surabaya Diberi Kebebasan Kembangkan Motif dan Karakter

Para perajin batik di Kota Surabaya bebas mengembangkan karakter batik khas Surabaya.

Penulis: Nuraini Faiq | Editor: Yoni Iskandar
SURYA/NURAINI FAIQ
Sejumlah motor saat dilewatkan jalur mobil di Jembatan Suramadu, Rabu (4/10/2017). 

TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Para perajin batik di Kota Surabaya bebas mengembangkan karakter batik khas Surabaya.

Mereka bisa mengembangkan berbagai macam corak dan motif batik yang bisa menggambarkan karakteristik Kota Pahlawan.

Kepala Dinas Koperasi dan UMKM Wiwik Widayati menyatakan terbuka banyak peluang motif yang bisa dikembangkan.

"Tidak ada larangan mengembangkan motif batik sesuai karakter baik Surabaya. Bebas berkreasi," kata Wiwik kepada TribunJatim.com, Senin (5/11/2018).

Namun sebaiknya saat memasukkan motif batik itu bisa memasukkan unsur keunikan yang ada di Kota Surabaya.

GP Ansor Jatim Laporkan Akun Facebook Penuh Ujaran Kebencian dan Melecehkan Banser ke Polda Jatim

Tidak harus melulu motif daun Semanggi atau daun lain. Bisa pula ikon-ikon Kota Surabaya bisa dijadikan inspirasi motif batik.

Selama ini sejumlah motif khas Surabaya telah dikembangkan para pembatik. Mulai dari motif daun jarak, bambu runcing, suramadu, metropolitan dan motif sura buaya. Kemudian motif Tugu pahlawan, kembang turi, dan rel sepur Dupak.

Wakil Ketua Harian Dewan Kerajinan Daerah (Dekranasda) Kota Surabaya Wirasno menyatakan bahwa kecenderungan batik di Kota Surabaya adalah batik yang bukan karena budaya turun termurun. Batik di Surabaya lahir karena kehendak pasar.

Artis Peran Pretty Asmara Istirahat Selamanya di Kampung Halaman

Wajar jika sekarang ini muncul motif batik populer. Ada motif Suro dan Boyo hinggga motif Tugu Pahlawan.

Sekilas memang tak ubahnya seperti kaus yang di sablon. Namun karena keinginan pasar demikian tidak salah dengan motif tersebut.

"Batik itu lahir ada yang karena sudah turun temurun dan membudaya sehingga bernilai ekonomi. Namun ada pula yang karena murni motif komoditas pasar. Surabaya termasuk yang kedua," kata Wirasno.

Pembatik Surabaya saat ini muncul memang karena diciptakan. Bukan lahir secara turun temurun.

Mereka ada karena ada program dari Kota Surabaya untuk mengembangkan budaya batik. Meski demikian, batik sebagai budaya harus diciptakan.

Namun sebaiknya para perajin itu tidak perlu pusing dengan motif dan corak. Namun lebih menguatkan karakter batiknya. Ada sebagian perajin yang mengangkat potensi dan ikonik lokal yang dituangkam dalam motif batik. Sehingga ini dijadikan identitas kota.

Inilah yang oleh Wirasno disebut "batik pengembangan". Misalnya pembatik menuangkan gambar semanggi, suro dan boyo, bahkan jembatan Suramadu.

Begitu juga muncul motif bioga laut yang dinilai mewakili Kenjeran.

Selayaknya kota ini perli pengembangan sehingga progres karakter personal batiknya makin menguat. Pada saatnya waktu dan masyarakatlah yang menentukan nantinya. Pasar tak bisa dibohongi. Saat ini pembatik muncul per individu dengan style masing-masing. (Faiq/TribunJatim.com)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved