Pengamat Unair Menilai Harus Ada Pendampingan untuk Mahasiswa Papua yang Belajar di Surabaya
Konflik yang terjadi di asrama Mahasiswa Papua di Jalan Kalasan, Surabaya perlu mendapatkan perhatian serius.
Penulis: Sofyan Arif Candra Sakti | Editor: Dwi Prastika
Laporan Wartawan TribunJatim.com, Sofyan Arif Candra Sakti
TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Pengamat Ilmu Komunikasi Universitas Airlangga Surabaya, Suko Widodo menilai konflik yang terjadi di asrama Mahasiswa Papua di Jalan Kalasan, Surabaya dalam dua hari terakhir perlu mendapatkan perhatian serius dari kedua pemerintah daerah.
Salah satu fasilitas yang dibutuhkan untuk meredam konflik ini kata Suko Widodo adalah dengan diadakannya escorting atau pendampingan.
"Jadi harus ada pogram pendampingan untuk adik-adik mahasiswa Papua yang bisa menjadi sahabat dan bisa memandu mengenalkan Kota Surabaya," kata Suko Widodo, Senin (3/12/2018).
• Konflik Belum Selesai, Kuasa Hukum AMP Anggap Pendekatan Pemerintah ke Mahasiswa Papua Tidak Pas
• Mahasiswa Papua Tolak Tawaran Fasilitas Pemulangan dari Pemkot Surabaya
Proses pengenalan yang dimaksud Suko Widodo bukan hanya topografi Kota Surabaya, melainkan juga sosial budayanya.
"Akan ada proses knowledge, dan mereka bisa punya panduan untuk berkehidupan dimana dia tinggal, mereka tahu adabnya bagaimana, dan juga etikanya," ucapnya.
Pemandu tersebut, juga bisa menjadi jembatan untuk menyampaikan aspirasi atau pemikiran dan pendapat dari mahasiswa Papua kepada pemerintah, warga masyarakat dan Muspika di daerah itu.
• Suasana Kondusif, Pemulangan Aliansi Mahasiswa Papua di Surabaya Gunakan Bus dan Sepeda Motor
• 233 Mahasiswa Papua di Surabaya akan Dipulangkan, Petugas Diminta Siapkan Bus ke Malang
Selain itu, masyarakat sekitar, menurut Suko Widodo juga harus menerima keberadaan mahasiswa Papua di daerahnya dengan tidak membatasi interaksi.
"Mahasiswa Papua juga jangan menjadikan asrama mereka eksklusif, bahkan mereka harus sering mengadakan acara yang mengundang masyarakat sekitar," ucapnya.