Musim Hujan, Harga Tomat di Pasar Wonokromo Naik Rp 2.000 hingga Rp 3.000 Per Kg, Ini Kata Pedagang
Memasuki musim hujan, harga tomat di Pasar Wonokromo Surabaya terpantau naik sekitar Rp 2.000 - Rp 3.000 per kilogram.
Penulis: Arie Noer Rachmawati | Editor: Ani Susanti
Laporan Wartawan TribunJatim.com, Arie Noer Rachmawati
TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Memasuki musim hujan, harga tomat di Pasar Wonokromo Surabaya terpantau naik sekitar Rp 2.000 - Rp 3.000 per kilogram.
Seorang pedagang, Sitin (60) mengatakan, harga tomat di tokonya dibanderol Rp 7.000 per kilogram, dari mulanya Rp 5.000 per kilogram.
"Ini terjadi sudah seminggu lalu, tapi naiknya tidak langsung begitu berangsur-angsur," katanya saat ditemui TribunJatim.com di Pasar Wonokromo Surabaya, Rabu (5/12/2018).
• 5 Bahan Pokok di Pasar Wonokromo Surabaya Terpantau Naik Harga, Kenaikannya Sejak Sepekan Lalu
Kasinem (64), pedagang lainnya, juga mengatakan harga tomat naik menjadi Rp 7.000 per kilogram.
"Padahal biasanya tomat ini Rp 4.500 - Rp 5.000 per kilogram. Sudah seminggu ini harganya naik," ujarnya.
Sitin mengatakan, cuaca hujan yang terjadi akhir-akhir ini cukup memberikan dampak pada harga sayur-sayuran terutama tomat.
"Karena kalau barang dikirim terlambat dua atau tiga hari harga naik," tambahnya.
• Tahun 2020, Pemkot Pasang Target Tak Ada Sekolah Rusak dan Jelek di Surabaya
Hal ini senada dikatakan Basuki (42).
Ia menuturkan cuaca hujan memengaruhi jalur distribusi dari produsen ke pedagang pasar.
"Belum lagi kalau barangnya jatuh atau busuk ini akhirnya mempengaruhi harga juga," ungkapnya.
Berdasarkan data konsumen Sistem Informasi Ketersediaan dan Perkembangan Harga Bahan Pokok (Siskaperbapo) dalam seminggu terakhir ini, komoditas tomat mengalami kenaikan harga.
Tercatat, pada 30 November harga tomat di Jatim rata-rata Rp 4.715, lalu pada 5 Desember ini harganya menjadi Rp 5.296.
Sementara di sejumlah pasar tradisional di Surabaya pada periode yang sama harganya Rp 9.600 per kilogram dan kini menjadi menjadi Rp 10.600.
• Berkunjung ke Surabaya, Sandiaga Uno Kritisi Tax Amnesty Bagaikan Berburu di Kebun Binatang