Rumah Politik Jatim
Golkar Blitar Calonkan Eks Napi Koruptor, Pengurus Jatim: Kami Kecolongan
Partai Golkar merasa kecolongan dengan masih adanya calon legislatif berlatarbelakang narapidana (napi) eks-koruptor di partainya.
Penulis: Bobby Constantine Koloway | Editor: Yoni Iskandar
TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Partai Golkar merasa kecolongan dengan masih adanya calon legislatif berlatarbelakang narapidana (napi) eks-koruptor di partainya.
Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Partai Golkar Jatim pun menyayangkan dengan tidak kooperatifnya caleg yang bersangkutan.
Untuk diketahui, Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI akhirnya mempublikasikan daftar nama calon anggota legislatif Pemilu 2019 yang berstatus mantan terpidana korupsi. Sebanyak 49 caleg mantan napi korupsi ada di tingkat DPD, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota.
Dari daftar tersebut, terungkap Partai Golkar menjadi yang terbanyak mencalonkan caleg dengan latarbelakang napi eks-koruptor, sebanyak delapan orang.
Di antara kader Golkar tersebut, adalah caleg atas nama Edy Muldison, Caleg Kabupaten Blitar dari Dapil Blitar 4, nomor urut 1.
Menanggapi hal itu, Ketua Harian DPD Golkar Jatim, Freddy Poernomo mengakui partainya kecolongan.
• Atalanta Vs Juventus, Massimiliano Allegri Mengaku Sempat Diusir Wasit saat Juventus Tertinggal 0-2
• Ramalan Cinta Zodiak Kamis, 31 Januari 2019: Scorpio Kencan Terus, Gemini Tak PD, Aries Ambil Risiko
• Vanessa Angel Dievakuasi Kursi Roda Saat Tiba di RS Bhayangkara Surabaya
"Kami kecolongan. Ini bukan hanya masalah bagi teman-teman di Kabupaten Blitar, namun juga secara nasional. Sebab, ini menjadi perhatian nasional dan Golkar menjadi yang terbanyak," kata Freddy kepada Surya.co.id ketika dikonfirmasi di Surabaya, Kamis (31/1/2019).
Ia menjelaskan bahwa pada dasarnya pihaknya telah melakukan pengetatan dalam proses rekrutmen caleg. Di antaranya dengan mewajibkan surat keterangan baik dari kepolisian (SKCK).
Freddy menilai bahwa pada pertanyaan napi tersebut ada yang tidak menyertakan pasal yang menyatakan soal korupsi.
"Mereka (caleg) nggak jujur. Kami juga sulit untuk meneliti berkas satu persatu," katanya
kepada Tribunjatim.com.
"(Penelitian) administrasi ini kan dilakukan oleh temen-temen (pengurus) daerah. Sehingga, banyak (caleg eks napi korupsi) yang berasal dari daerah sebab dari awal tidak jujur," jelas Freddy
kepada Tribunjatim.com.
Tak hanya itu, Golkar selama ini ;uga memiliki standar khusus pada proses perekrutan caleg. Yakni, mengedepankan prestasi, dedikasi, loyalitas, dan tidak tercela (PDLT).
"Kalau didasarkan pada prinsip ini, kami pandang kami kecolongan," tegasnya.
Freddy bahkan menambahkan bahwa dengan meneguhkan pada prinsip standar tersebut, caleg berlatarbelakang napi eks-korupstor tidak layak untuk dipilih. Bahkan, termasuk dicalonkan.
"Sebab, setiap putusan pengadilan sifatnya inkrah. Sehingga, mereka tidak laik menjjadi pejabat publik, sebab mereka telah tersangkut pada PDLT tadi," kata pria yang juga menjadi Anggota DPRD Jatim ini.
Menurutnya, para caleg tersebut tidak laik menjadi publik figur dalam segala tingkatan. Sebab, hukum mementingkan efek jera.
"Kecuali, mereka tersangkut kasus pidana politik atau pernah direhabilitasi dan dinyatakan tidak bersalah. Barulah pantas untuk kembali mencalonkan diri," kata pria yang menjadi Ketua Komisi A DPRD Jatim ini. (bob/TribunJatim.com).