Ada Wayang Kulit Madura Berumur 300 Tahun di Pamekasan, Dari Kulit Kerbau dan Cat Lapis Emas
Ada Wayang Kulit Madura Berumur 300 Tahun di Pamekasan, Dari Kulit Kerbau dan Cat Lapis Emas dan Rutin Pentas Tiap Tahun.
Penulis: Kuswanto Ferdian | Editor: Sudarma Adi
TRIBUNJATIM.COM, PAMEKASAN - Wayang Kulit versi Madura adalah aset budaya di Dusun Candi, Desa Polagan, Kecamatan Galis, Kabupaten Pamekasan.
Wayang kulit tersebut masih tersimpan rapi dalam rak peti di Vihara Avalokitesvara Pamekasan.
Kini jumlah wayangnya tinggal 75 dari 100-an karakter.
Karena usia wayang sudah tua, ada karakter-karakter wayang yang sudah sedikit rusak dan sulit diperbaiki.
• Hujan dan Angin Kencang di Pamekasan, 40 Rumah Warga Rusak dan Menara Radio Roboh
Melihat itu, Ketua Vihara Avalokitesvara Pamekasan, Kosala Mahinda memberi perhatian khusus dan perawatan khusus untuk wayang kulit versi Madura tersebut.
Sebab usia wayang kulit yang ada sudah ratusan tahun.
Pantauan TribunJatim.com, wayang kulit versi Madura tersebut disimpan dalam peti tujuannya untuk terhindar dari rayap.
"Usia wayang kulit versi Madura ini sekitar 300 tahun. Itu dilihat dari kayu dan catnya. Wayang ini bahannya terbuat dari kulit kerbau dan catnya yang warna emas ini asli berlapis emas," jelas Kosala saat ditemui di Vihara Avalokitesvara Pamekasan.
• Diterpa Angin dan Listrik Padam, Khofifah Bakar Semangat Relawan JKSN Pamekasan Pakai Megafon
Ditanya soal bahan kayu yang menjadi penyangga wayang, Kosala mengatakan, bahan kayu yang menjadi penyangga wayang kulit khas Madura terbuat dari kayu dadap.
Satu-satunya kayu dadap yang ada saat ini ada di punden Sentono di Desa Pandanrejo, Kecamatan Wagir.
Untuk melestarikan pagelaran wayang kulit versi Madura, tersebut Kosala bersama grup pewayangannya mengadakan pentas setiap setahun sekali.
"Rutin tiap tahun usai Lebaran kami mengadakan pentas di aula gedung. Penontonnya adalah warga desa setempat. Ada gamelan dan sinden juga," jelas Kosala.
Untuk pentas wayangnya, lanjut Kosala, ada panggung kecil dan juga ada dalangnya.
Menurut Kosala, semangat pihaknya merawat wayang kulit khas Madura tersebut adalah naluri melestarikan budaya.
"Wayang kulit versi Madura itu wayang sama dengan wayang ngamen. Mengangkat tema cerita-cerita kerajaan di Jatim, seperti Kanjuruhan, Majapahit, Doho. Sehingga ada tokoh-tokoh seperti Minakjinggo, Rahwana dan semacamnya," terangnya.