Ekonom Unair: PR Khofifah Berat, Ada Ketimpangan Dibalik Klaim Pertumbuhan Ekonomi Jatim Pakde Karwo
Masa jabatan Soekarwo alias Pakde Karwo sebagai Gubernur Jawa TImur resmi berakhir selasa (12/2/2019) pekan depan.
Penulis: Luhur Pambudi | Editor: Anugrah Fitra Nurani
Laporan Wartawan TribunJatim.com, Luhur Pambudi
TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Masa jabatan Soekarwo alias Pakde Karwo sebagai Gubernur Jawa Timur resmi berakhir selasa (12/2/2019) pekan depan.
Klaim pertumbuhan ekonomi Jawa Timur (Jatim) di atas nasional dengan angka 5,45 persen, mendapat sorotan dari Ekonom Universitas Airlangga Surabaya Dr. Wasiaturrahma Se., M.Si.
Ia menyebutkan, dibalik angka pertumbuhan ekonomi yang diklaim sebagai hasil pencapaian kerja selama 10 tahun, terdapat ketimpangan ekonomi yang terjadi.
"Saya pernah melakukan riset dan melihat langsung kondisi di 38 kabupaten/kota di Jawa Timur ternyata ketimpangannya luar biasa," kata Rahma sapaan akrabnya, saat ditemui TribunJatim.com di kediamannya Sidoarjo, Selasa (5/2/2019).
(Gelaran Imunisasi Rubela Jatim Berhasil, Pakde Karwo Minta Media Kampanyekan Hidup Sehat Bebas DBD)
Ia menerangkan, tingginya angka Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Jatim yang membuat posisi Jatim berada di atas rata-rata nasional, sebenarnya hanya ditopang tujuh kabupaten/kota saja.
Di antaranya, Surabaya, Gresik, Kediri, Banyuwangi, Jember, Malang dan Sidoarjo.
"Kalau dirinci ya hanya 7 kabupaten kota itu penyumbang PDRB terbesar di Jatim," lanjutnya.
Perempuan asal Guluk-Guluk Sumenep itu menjawab, 31 Kabupaten dan Kota sisanya ternyata memiliki pertumbuhan ekonomi kurang dari satu persen.
"Selama ini program Pro Poor, Pro Job, Pro Growth dan Pro Environmeno sebenarnya tidak menyentuh level level bawah merata," tukasnya.
Menurut Rahma, hal itu disebabkan oleh ketidakmampuan Pemerintah Provinsi mengintegrasikan seluruh wilayah di Jatim, terutama wilayah yang tertinggal.
(Pakde Karwo Berharap Keuangan Daerah Tak Memicu Retaknya Hubungan Bupati/Wali Kota dengan Wakilnya)
Beberapa daerah di Jatim yang disebut sebagai wilayah tertinggal adalah kabupaten/kota yang ada di Pulau Madura, meliputi Bangkalan, Pamekasan, Sampang, dan Sumenep.
Ia mencatat, keempat kabupaten yang cuma berjarak 23 Kilometer dari Kantor Pemprov Jatim di Jalan Pahlawan No 110 Surabaya itu, ternyata memiliki pertumbuhan ekonomi terendah se-Jatim.
Bila dilihat dari angka pertumbuhan ekonomi, angka Indeks Pembangunan Manusia (IPM), dan jumlah Pendapatan Asli Daerah (PAD).
Posisi terendah yang ditempati beberapa kabupaten/kota di Pulau Madura itu, bahkan berada dibawah Kabupaten Pacitan, Trenggalek dan Ponorogo.