Rumah Politik Jatim
Khofifah: Fadli Zon Seharusnya Minta Maaf dan Sowan ke Mbah Mun
Wakil Ketua Umum Partai Gerindra, Fadli Zon melalui Puisi "Doa yang Tertukar" ditanggapi dingin oleh Khofifah Indar Parawansa
Penulis: Rifki Edgar | Editor: Yoni Iskandar
TRIBUNJATIM.COM, MALANG - Ramainya kasus dugaan penghinaan kepada KH Maimoen Zubair atau Mbah Mun oleh Wakil Ketua Umum Partai Gerindra, Fadli Zon melalui Puisi "Doa yang Tertukar" ditanggapi dingin oleh Khofifah Indar Parawansa.
Gubernur terpilih Jawa Timur itu menyebut bahwa Fadli Zon harusnya meminta maaf kepada Mbah Mun.
Pernyataan itu ia sampaikan usai menghadiri acara Istighosah dan Deklarasi Jaringan Kyai-Santri Nasional (JKSN) yang digelar GOR Ken Arok, Kota Malang pada Minggu (10/2/2019).
"Bang Fadli Zon ada baiknya segeralah untuk minta maaf ke Mbah Moen. Saya rasa tidak perlu melalui konferensi Pers, sowan akan lebih baik. Mungkin dia khilaf pada saat menulis puisi itu. Saya rasa beliau (Mbah Moen) pasti sudah memaafkan walaupun bang Fadli belum meminta maaf," ucapnya kepada Tribunjatim.com.
Khofifah khawatir, bahwa yang marah atas pernyataan itu bukanlah mbah Moen, melainkan para santri yang banyak.
Khofifah menyebutkan, bahwa Mbah Moen mempunyai jaringan santri yang banyak karena merupakan Kiai sepuh yang ada di Indonesia.
"Jangan melihat Mbah Mu sebagai tokoh partai PPP saja. Mbah Mun dan Pesantren Sarang mempunyai jaringan yang kuat, jaringan pesantrennya tidak hanya di Indonesia, tapi ada di Yaman dan di Mesir yang sangat kuat," ucapnya.
Tak hanya itu, mantan Menteri Sosial itu juga menyebut, di Indonesia kini banyak dihuni oleh para politisi tapi sedikit negarawan.
• Ratusan Santri dan Ansor di Jember Turun Jalan, Tuntut Fadli Zon Minta Maaf ke Mbah Mun
• Ulama Kharismatik NU, KH Maimoen Zubair Doakan Jokowi-Prabowo, Tapi Condong ke Sosok di Sisi Kirinya
• Khofifah dan Risma Santap Sore Bersama, Berbagi Ikan Khas Laut yang Mak Nyus
Dia pun menyayangkan, bahwa sebenarnya negara Indonesia kini membutuhkan seorang negarawan yang mampu berfikir demi kemasalahatan bangsa.
"Memang bangsa kita kini krisis seorang negarawan. Sosok Negarawan itu berpikir masalah kemasalahatan bangsa, kebaikan bersama dan mereduksi kepentingan partai, kepentingan kelompok dan golongan. Kalau belum seperti itu, masih disebut politisi," tandasnya. (Rifky Edgar /TribunJatim.com).