Pelantikan Gubernur Jatim
PR Khofifah-Emil Begitu Sulit, Dekan FISIP Unair Beri 3 Langkah Agar PR Lekas Rampung
Tantangan lima tahun ke depan yang dihadapi Khofifah Indar Parawansa dan Emil Dardak sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur Jatim periode 2019-2024, dipr
Penulis: Luhur Pambudi | Editor: Yoni Iskandar
Laporan Wartawan TribunJatim.com, Luhur Pambudi
TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Tantangan lima tahun ke depan yang dihadapi Khofifah Indar Parawansa dan Emil Dardak sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur Jatim periode 2019-2024, diprediksi tak mudah.
Pembagunan infrastruktur dan ekonomi yang telah dicapai semasa Soekarwo alias Pakde Karwo, ternyata masih menyisakan pekerjaan rumah (PR) yang harus segera dituntaskan pasca dilantik Rabu (13/2/2019) besok.
Falih Suaedi Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Airlangga (Unair) mengatakan, terdapat tiga catatan penting yang harus diperhatikan oleh Khofifah agar PR-nya lekas rampung.
Pertama. Menghilangkan Disparitas Individual.
Falih mengakui, pertumbuhan ekonomi jatim tampaknya selalu berada di atas rata-rata nasional. Namun, gap dan disparitas di masyarakat bawah masih tampak jelas.
Artinya, Falih menyebut, pendapatan antar masyarakat masih belum mencapai angka ideal, karena ketimpangan antara si kaya dan si miskin begitu jelas terjadi.
• Dekan FISIP UNAIR : Khofifah Mampu Membawa Jatim Lebih Dinamis
• Lengser Jadi Wagub Jatim, Gus Ipul Belum Tentukan Dukung Jokowi Atau Prabowo
• Cari Sumber Air Baru, 6000 Sambungan Rumah Bakal Dilayani PDAM Kabupaten Malang Tahun Ini
"Memang diakui pertumbuhan ekonomi di Jawa Timur sangat bagus tapi ke depan masih perlu perhatian lebih," katanya saat ditemui TribunJatim.com di ruangannya Jalan Airlangga No. 4 - 6, Airlangga, Gubeng, Senin (11/2/2019).
Pertumbuhan ekonomi menjadi poin penting untuk Gubernur Jatim baru dalam memangkas kemiskinan di Jatim.
Namun upaya itu tidak bisa hanya memajukan sebagian kalangan tertentu yang menjadi penguasa modal, namun harus dicapai dengan pemerataan ekonomi secara komunal.
"Artinya aspek si kaya dan si miskin harus menjadi prioritas program Jawa Timur ke depan," katanya.
Kedua. Memangkas Disparitas Spasial.
Falih menilai ketimpangan pembangunan infrastruktur di wilayah Jatim masih tampak.
Pembangunan wilayah selatan seperti Pacitan, Trenggalek dan Tulungagung, dinilai masih terbilang kurang mendapat perhatian, dibandingkan wilayah utara.
Padahal penuntasan disparitas spasial sangat memerlukan intervensi pembangunan infrastruktur, dan pembangunan itu hanya bisa dilakukan langsung oleh Pemprov Jatim.