Mahasiswa Universitas Surabaya Deteksi Bakteri Tuberculosis Melalui Pengambilan Sampel Dahak
Mahasiswa Universitas Surabaya Elfa Da Costa mengatakan ada beberapa hal yang perlu diperhatikan saat pemeriksaan dahak untuk mendeteksi Tuberculosis.
Penulis: Nur Ika Anisa | Editor: Melia Luthfi Husnika
Laporan Wartawan TribunJatim.com, Nur Ika Anisa
TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Mahasiswa Universitas Surabaya Elfa Da Costa mengatakan ada beberapa hal yang perlu diperhatikan saat pemeriksaan sputum atau dahak untuk mendeteksi bakteri Tuberculosis.
Dirinya mendapatkan edukasi diagnosis awal sputum atau dahak dengan mengumpulkan sampel dari meminta pasien.
"Kalau ada pasien datang kami tanya dulu, pasien ini diagnosis apa. Kira-kira terkena bakteri Tuberculosis kami lakukan ambil dahak dan kultur bakteri. Pengambilannya kami minta dan waktu pagi sebanyak dua sampel," kata Elfa Da Costa.
Mahasiswi semester IV ini, mengatakan kesulitannya saat meminta pasien mengeluarkan dahak yang kental dan tidak tercampur air liur.
• RS Unair akan Ajukan Kerja Sama ke Belanda Soal Pelayanan TBC hingga Teknologi di Bidang Kecantikan
• Aan Yuhaniz Pengidap TBC Tulang, Dari Kursi Roda Berkeinginan Ciptakan Penghafal Al Quran
"Yang susah itu ketika meminta pasien mengeluarkan dahaknya karena tidak semua orang bisa mengeluarkan dahak atau dahak ditelan dan waktu pendek. Kalau tercampur air liur susah kami lihat di microskop dan tidak valid," tambahnya.
Pemeriksaan tersebut membutuhkan waktu tiga minggu dan harus berhati-hati dengan penularan dahak kering melalui udara.
Sehingga saat pemeriksaan, sputum di kaca didekatkan dengan spirtus untuk mematikan bakteri di suhu 40 derajat.
"Harus steril. Waktu kita pemeriksaan dahak di kaca kalau pinggirnya sudah kering dapat menular lewat udara. Takutnya bakteri nyebar dan tidak boleh dikorek lagi dan tidak boleh terlalu dekat dengan sampel," pungkas Elfa.