Taman Kili-kili di Kecamatan Panggul Tenggalek Jadi Barometer Baru Konservasi Penyu di Jawa Timur
Pusat Konservasi Penyu Taman Kili-kili di Desa Wonocoyo, Kecamatan Panggul kini menjadi barometer konservasi penyu di Jawa Timur.
Penulis: David Yohanes | Editor: Melia Luthfi Husnika
TRIBUNJATIM.COM, TRENGGALEK - Pusat Konservasi Penyu Taman Kili-kili di Desa Wonocoyo, Kecamatan Panggul kini menjadi barometer konservasi Penyu di Jawa Timur.
Setiap tahun ada ribuan tukik (anak Penyu) yang dilepas ke laut.
Namun di balik kesuksesan Taman Kili-kili, ada perjuangan panjang sosok yang tidak kenal lelah.
Satu di antaranya adalah Ari Gunawan (48), yang saat ini menjabat Ketua Kelompok Masyarakat Pengawas
(Pokmaswas) Taman Kili-kili.
Menurut Ari, awal mula teman konservasi Penyu ini adalah kebetulan.
• Madu Lanceng Asal Dusun Banyon Trenggalek, Dipercaya Bisa Sembuhkan Sakit Lambung hingga Paru-Paru
• Pengusaha Madu Lanceng Asal Trenggalek, Awalnyal Iseng hingga Mampu Jual Madu Rp 1,2 Juta per Liter
“Tahun 2010, sebenarnya kepala Desa Nglebeng yang cerita ke Pemerintah Kabupaten, bahwa di wilayahnya banyak perburun Penyu. Cerita itu kemudian ditanggapi Pemkab dengan sosialisasi,” kenang
Ari.
Pemkab Trenggalek melalui Dinas Kelautan dan Perikanan saat itu, ingin menyadarkan masyarakat, bahwa Penyu adalah hewan dilindungi.
Karena berada di satu garis pantai, perangkat desa dan warga Desa Wonocoyo juga diundang. Saat itu Ari yang menjadi Ketua Badan Permusyawaratan Desa (BPD) juga diundang.
Ari mengaku, saat itu mengajak orang-orang yang menjadi pemburu Penyu. Harapannya mereka sadar dan balik menjadi ujung tombak pelestarian Penyu.
Setelah Penyuluhan selama sehari semalam di Trenggalek, Pemkab meminta setiap desa membentuk Pokmaswas.
“Saat itu belum tereskpose, bahwa di Kili-kili ada banyak Penyu yang bertelur. Karena waktu itu yang
saya ajak orang-orang tua, mereka tidak mau repot dan menunjuk saya sebagai ketua,” tutur Ari.